Selamat Datang Adik-adik Calon Mahassiswa Baru di Kota Daeng...Selamat Bergabung Bersama HIPPMAP-Makassar...

Sabtu, 30 Agustus 2008

Quo Vadis OMP?

ditulis oleh Rus'an Latuconsina

Quo vadis (mau dibawa ke mana) OMP (Organisasi Mahasiswa Pelauw)? Pertanyaan ini meliputi wilayah yang sangat prinsipil ketika ditarik menjadi seutas bentang visionisasi dari inisiatif pembentukan setiap OMP. Setidaknya ada tiga OMP yang cukup besar basis anggotanya yang terbentuk dalam kurun waktu sembilan tahun terakhir ini setelah momentum kerusuhan tahun 1999 yang berhasil menebarkan para mahasiswa Pelauw melanjutkan kuliah di beberapa kota berbeda di tanah air. HIPPMAP di Makassar, FORKAPPMAP Yo' di Yogyakarta dan IMMP di Tulehu. Di Jakarta sekarang ini ada IPPJ yang masih tergolong baru. Di Surabaya, berdasarkan informasi yang saya terima sudah ada juga OMP-nya. Sementara di Malang, Bandung dan tempat-tempat lainnya belum ada OMP secara formal, namun tampak hanyalah aktivitas bernafaskan paguyuban kekeluargaan biasa. Itu untuk generasi baru. Sedangkan OMP yang relatif digolongkan kedalam generasi tua yaitu IPMAP, karena organisasi ini sudah cukup tua usianya walaupun mengalami masa stagnasi (mati suri) sangat panjang sampai sekarang. Ada banyak elemen struktur di IPMAP yang berasal dari kalangan muda (mantan mahasiswa) yang wisuda sarjananya di dekade abad ke-21 ini. Biar begitu, elite-elite organisasi ini banyak dari kalangan tua, sehingga menurut saya dimasukkan saja kedalam OMP generasi tua.

Di sudut lain ada IMMAPEL, yang walaupun menurut informasi yang saya terima, organisasi ini mengklaim memiliki basis anggota yang meluas dari kalangan mahassiswa, namun kenyataannya organisasi ini lebih tampak sebagai organisasi elite. Segmentasi keberpihakan secara organisatoris dalam mengawal agenda-agenda perkaderan dan perjuangan mahasiswa rupanya tidak dilakukan oleh IMMAPEL, sehingga tidak pas digolongkan kedalam OMP. Masing-masing OMP di atas tentu saja memiliki latar belakang dan proses dinamika historis tersendiri yang dalam batas-batas tertentu sama-sama mengafirmasi suatu pola konsekuensi idealitas dari penerapan visi dan misi pembentukan organisasinya. Apa pun langgam dialektika historisnya, mesti ada titik temu pada suatu horison cita-cita tertentu, kalau tidak mau disebut organisasi buntu alias tanpa orientasi yang jelas.

Horison cita-cita yang saya maksudkan pada kesempatan ini adalah proses tanpa henti demi mengartikulasikan ide-ide mengenai cita-cita dari dua hal yang sangat fundamental dalam setiap melakukan perubahan sosial, yakni pencerahan individu, dalam hal ini konteks pencerahan yang terpilih secara sadar dan kritis akibat ke-superioritasnya dalam tataram epistemologis, ontologis serta aksiologis, yakni perspektif pencerahan secara spiritual dan intelektual untuk kemudian hal ini berguna sebagai suatu modal dalam transaksi diskursus dan aktus menuju tercapainya transformasi sosial yang humanis dan transendental.

Sekarang ini ada lagi satu OMP yang hendak dibentuk oleh kawan-kawan yang berbasis di Pulau Jawa. OMP ini sifatnya nasional sehingga bisa menjadi simpul solidaritas, koordinasi, kerjasama, komunikasi dan sebagainya secara nasional yang menghubungkan beberapa OMP di seluruh tempat yang ada. Dengan tidak mengurangi penghargaan atas kerja keras serta niat tulus (mudah-mudahan) kawan-kawan yang menggerakkan usaha pendirian OMP nasional ini, saya ingin menggariskan satu catatan kritis yang menurut hemat saya sangat penting. Pertanyaan yang menjadi titik tekan ini adalah "Quo Vadis OMP nasional ini?". Apakah orientasinya adalah integrasi ke dalam wilayah politik praktis dengan segala hiruk-pikuk pragmatisme lembaga, oportunisme, poltisasi gerakan serta pentargetan selebritisasi politik bagi agen-agennya, ataukah pemancangan secara kukuh nilai-nilai idealisme melalui pembasisan tradisi-tradisi yang menjadi identitas mahasiswa sebagai benteng terakhir terhadap segala bentuk tirani zaman, entah itu memakai jubah politik, ekonomi, sosial maupun budaya dan apa saja.

Kalau pilihan pertama saja yang dipilih maka menurut hemat saya, OMP nasional ini akan cepat kehabisan energi pergerakannya, oleh karena fokus yang dimainkan melenceng dari yang semestinya. Jiwa organisasinya terabaikan. Dimensi-dimensi kultural tak menjadi perhatian utama sebagai sumbu inspirasi berdialektika dengan tantangan konteks yang meniscayakan ketahanan kapasitas dan integritas baik inteklektualitas maupun spiritualitas. Oleh karena watak banyak orang yang selalu tampak adalah cenderung pragmatis dan oportunis ketika berhadapan dengan suatu kesempatan politis tertentu, pula watak buruk dimana seseorang cepat sekali takluk idealismenya di hadapan lembarn-lembaran uang, tak terkecuali bagi mahasiswa Pelauw. Maka seyogianya ekses buruk ini dikikis peluang-peluang kecenderungannya yang bisa muncret lewat celah-celah dari prosedur organisasi. Pada konteks ini lebih baik meluruskan orientasi OMP nasional untuk menempuh pengelolaan segmen perkaderan mahasiswa Pelauw. Wilayah kultur lebih aman untuk digarap, apalagi biasanya dari sinilah api-api inspirasi itu senantiasa berkobar memberikan cahaya hidup bagi kelangsungan organisasi. Menimbang pilihan pertama di atas berarti siap menghitung ongkos politis kerugian akibat ekses-ekses jelek yang diakibatkan. Rentan dengan eksperimensai politik yang melahirkan aib sosial, apalagi mudah sekali orang dibayar, disogok dan disumpali mulutnya dengan uang. Politik praktis bagi mahasiswa yang relatif masih baru hanya akan membawa akibat pertikaian internal sesama anggota OMP nasional sebagai bentuk antagonisme yang lahir dari suatu pilihan yang amat prematur ketika bayi integritas dirinya tidak siap untuk sekedar bisa menahan nafsu duit dan syahwat politik. Sedangkan untuk pilihan ketiga, yaitu menggabungkan keduanya, yakni integrasi politis serta penguatan basis kultur kemahasiswaan, saya pikir pilihan ini lebih baik. Hanya saja, mereka harus konsisten menjaga independensinya. Kalau tidak, maka gagallah orientasi pembangunan basis mahasiswa untuk menyusun ubin pembangunan umat, agama dan bangsa. Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakaatuh.


0 komentar:

 
© Copyright by HIPPMAP Online  |  Template by Blogspot tutorial