Selamat Datang Adik-adik Calon Mahassiswa Baru di Kota Daeng...Selamat Bergabung Bersama HIPPMAP-Makassar...

Minggu, 05 April 2009

Materialisme Dialektis Dan Historis

Oleh: J.W. Stalin

Materialisme Dialektis adalah pandangan dunia Partai Marxis-Leninis. la dinamakan materialisme dialektis sebab tjaranja mendekati gedjala² alam, tjaranja mempeladjari dan memahami gedjala² ini adalah dialektis, sedangkan keterangannja (interpretasinja) mengenai gedjala² alam, pengertiannja mengenai gedjala² ini, teorinja, adalah materialis.

Materialisme historis adalah perluasan prinsip² materialisme dialektis pada studi mengenai kehidupan masjarakat, pentrapan prinsip² materialisme dialektis pada gedjala² kehidupan masjarakat, pada studi tentang masjarakat dan sedjarahnja.

Bila menguraikan metode dialektis mereka, biasanja Marx dan Engels menjebut Hegel sebagai ahlifilsafat jang telah merumuskan tjiri² jang pokok dari dialektika. Tetapi, hal ini tidak berarti bahwa dialektika Marx dan Engels adalah identik dengan dialektika Hegel. Sebenarnja, Marx dan Engels mengambil dari dialektika Hegel hanja "intinja jang rasionil" sadja, membuang kulitnja jang idealis dari Hegel, dan mengembangkannja lebih djauh untuk dapat memberikan kepadanja bentuk ilmiah jang modern.

"Metode dialektis saja", kata Marx, "menurut dasarnja tidak sadja berlainan dari metode Hegel, tapi adalah lawannja jang langsung. Bagi Hegel, ….. proses berfikir, jang, dengan nama ‘Ide’ olehnja malahan diubah mendjadi subjek jang berdiri-sendiri, adalah pentjipta (demiurge) dunia njata, dan dunia njata itu hanjalah bentuk luar, bentuk gedjala dari ‘Ide’. Sebaliknja bagi saja, jang ideal itu tidaklah lain daripada dunia materiil jang ditjerminkan oleh fikiran manusia, dan diwudjudkan mendjadi bentuk² fikiran". (Karl Marx, Kapital, Djilid I, halaman XXX, George Allen & Unwin Ltd, 1938)

Bila menguraikan materialisme mereka, Marx dan Engels biasanja menjebut Feuerbach sebagai ahlifilsafat jang memulihkan materialisme pada kedudukannja. Tetapi, hat ini tidak berarti bahwa materialisme Marx dan Engels adalah identik dengan materialisme Feuerbach. Sebenarnja, Marx dan Engels mengambil dari materialisme Feuerbach "inti-sari"nja. mengembangkannja mendjadi teori filsafat-ilmiah dari materialisme dan membuang beban²nja jang idealis dan religiusetik. Kita tahu bahwa Feuerbach, sungguhpun, dia pada dasarnja seorang materialis, berkeberatan terhadap nama materialisme. Engels menerangkan lebih dari sekali bahwa "sekalipun dasarnja" materialis, Feuerbach "tetap …. terikat oleh belenggu² idealis jang tradisionil" dan bahwa ,idealisme jang sesungguhnja dari Feuerbach mendjadi terang segera setelah kita sampai pada filsafatnja tentang agama dan etika". (Karl Marx, Pilihan Tulisan², Edisi Inggeris, Moskow 1946, Djilid 1, halaman 373, 375.)

Dialektika berasal dari perkataan Junani dialego, artinja ber-tjakap², berdebat. Dalam zaman kuno dialektika adalah tjara mentjapai kebenaran dengan membeberkan kontradiksi² dalam argumen seorang lawan dan mengatasi kontradiksi² ini. Dalam zaman kuno ada ahlifilsafat² jang pertjaja bahwa membeberkan kontradiksi² dalam fikiran dan bentrokan pendapat² jang bertentangan adalah tjara jang terbaik untuk mentjapai kebenaran. Tjara berfikir jang dialektis ini kemudian diperluas sampai pada gedjala alam, dikembangkan mendjadi metode dialektis dalam memahami gedjala alam, jang memandang gedjala alam sebagai senantiasa dalam keadaan bergerak dan senantiasa mengalami perubahan, dan menganggap perkembangan alam sebagai akibat perkembangan kontradiksi² dalam alam, sebagai akibat saling-mempengaruhinja kekuatan² jang bertentangan dalam alam.

Pada hakekatnja, dialektika adalah lawan jang langsung dari metafisika.

1) Tjiri² pokok metode dialektis Marxis adalah sbb.:

a) Berlawanan dengan metafisika, dialektika tidak memandang alam sebagai tumpukan segala sesuatu, tumpukan gedjala jang kebetulan sadja, tiada berhubungan, terpisah dan bebas satu sama lain, tetapi sebagai keseluruhah jang berhubungan dan utuh, dimana segala sesuatu, gedjala² setjara organik adalah saling-berhubungan, saling bergantung dan saling-menentukan.

Karena itu metode dialektis berpendapat bahwa tidak ada gedjala dalam alam jang bisa dimengerti djika ia diambil sendirian, terpisah dari gedjala² disekelilingnja, karena sesuatu gedjala dalam suatu lapangan alam bisa tidak berarti bagi kita, bila ia tidak dipandang dalam hubungannja dengan keadaan² disekitamja, tetapi terlepas dari keadaan² itu; dan bahwa, sebaliknja, sesuatu gedjala bisa dimengerti dan diterangkan kalau dipandang dalam hubungannja jang tak terpisahkan dengan gedjala² disekelilingnja, sebagai gedjala jang ditentukan oleh gedjala² disekitarnja.

b) Berlainan dengan metafisika, dialektika berpendapat bahwa alam bukanlah suatu keadaan jang diam dan tidak bergetak, berhenti dan tidak berubah, tetapi keadaan jang terus menerus bergerak dan berubah, keadaan jang terus-menerus mendjadi baru dan berkembang, dimana sesuatu senantiasa timbul dan berkembang, dan sesuatu senantiasa rontok dan mati.

Karena itu metode dialektis menghendaki, supaja gedjala² dilihat bukan sadja dari sudut hubungan dan bergantungnja satu sama lain, tapi djuga dari sudut gerak, perubahan, perkembangan, kelahiran dan kematiannja.

Metode dialektis menganggap penting pertama-tama bukanlah apa jang pada saat tertentu kelihatannja tahan lama sekalipun sudah mulai akan mati, tetapi apa jang sedang tumbuh dan berkembang, sekalipun pada saat tertentu mungkin nampaknja tidak tahan lama, karena metode dialektis memandang sesuatu jang tiada terkalahkan hanjalah apa jang sedang tumbuh dan berkembang.

"Seluruh alam", kata Engels, "dari jang se-ketjil²nja sampai pada jang se-besar²nja, dari sebutir pasir sampai pada matahari, dari protista (sel hidup jang mula², - red.) sampai pada manusia, adalah dalam keadaan senantiasa timbul dan lenjap, dalam keadaan senantiasa mengalir, dalam keadaan bergerak dan berubah jang tak henti²nja". (F. Engels, Dialektika Alam).

Dariitu, dialektika, kata Engels, "memandang segala sesuatu beserta gambaran² tanggapannja pada hakekatnja dalam hubungannja satu sama lain, dalam rangkaiannja, dalam geraknja, dalam timbul dan lenjapnja" (F. Engels, Anti-Dühring).

c)Berlawanan dengan metafisika, dialektika tidak menganggap proses perkembangan sebagai proses per tumbuhan jang sederhana, dimana perubahan² kwantitatif tidak membawa perubahan² kwalitatif, melainkan sebagai suatu perkembangan jang melalui perubahan² kwantitatif jang tidak berarti dan tidak kelihatan ke perubahan² jang terbuka dan fundamentil, ke perubahan² kwalitatif; suatu perkembangan dimana perubahan² kwalitatif tidak terdjadi dengan ber-anngsur², melainkan dengan tjepat dan mendadak, dalam bentuk lompatan dari satu keadaan kekeadaan lainnja; perubahan² kwalitatif itu tidak terdjadi setjara kebetulan tapi sebagai akibat jang sudah sewadjarnja dari suatu tumpukan perubahan² kwantitntif jang tidak kelihatan dan ber-angsur².

Karena itu metode dialektis berpendapat bahwa proses perkembangan tidak boleh diartikan sebagai gerak dalam lingkaran, sebagai ulangan biasa dari apa jang sudah terdjadi, tetapi sebagai gerak jang madju dan naik, sebagai peralihan dari keadaan kwalitatif jang lama ke keadaan kwalitatif jang baru, sebagai perkembangan dari jang sederhana kepada jang rumit, dari jang rendah kepada jang tinggi.

"Alam", kata Engels, "adalah batu-udjian dialektika, dan mengenai ilmualam² modern harus dikatakan bahwa ia telah memberikan bahan² jang banjak sekali dan jang saban hari bertambah banjak untuk batu-udjian ini, dan dengan demikian telah membuktikan bahwa pada achirnja proses alam itu adalah dialektis dan bukan metafisis, bahwa ia tidak bergerak dalam lingkaran jang se-lama²nja sama dan terus-menerus diulangi, tetapi berdjalan melalui sedjarah jang njata. Dalam hal ini pertama² harus disebut nama Darwin, jang telah memberikan pukulan keras kepada pengertian metafisis tentang alam dengan membuktikan bahwa dunia organik jang sekarang ini, tumbuh²an dan binatang², dan oleh karena itu djuga manusia, semuanja adalah hasil proses perkembangan jang telah berlangsung selama djutaan tahun". (F. Engels, Anti-Dühring).

Dalam menerangkan perkembangan dialektis sebagai peralihan dari perubahan² kwantitatif ke-perubahan² kwalitatif, Engels mengatakan:

"Dalam fisika…. tiap² perubahan adalah suatu peralihan kwantitet mendjadi kwalitet, sebagai akibat perubahan kwantitatif dari sesuatu bentuk-gerak baik jang terkandung di dalam suatu benda ataupun jang diberikan kepadanja. Misalnja, suhu air mula² tidak mempengaruhi keadaan tjairnja; tetapi setelah suhu air tjair itu naik atau turun, maka tibalah suatu saat ketika keadaan kohesi ini berubah, dan air itu dalam hal jang satu berubah mendjadi uap dan dalam hal lainnja mendjadi es…. Untuk menjalakan kawat-platina dibutuhkan sedjumlah minimum aliran listrik; tiap logam mempunjai suhu leburnja sendiri; tiap zat tjair mempunjai titik-beku dan titik-didih jang pasti pada tekanan tertentu, selama kita dengan alat jang ada pada kita bisa menimbulkan suhu jang diperlukan itu; achirnja, tiap² gas mempunjai titik-kritiknja, pada titik mana, dengan tekanan dan penjedjukan jang setjukupnja, ia bisa diubah mendjadi keadaan tjair…. Apa jang dinamakan konstante² fisika (titik dimana satu keadaan berubah mendjadi keadaan lain - red.) dalam kebanjakan hal adalah tidak lain daripada sebutan² (nama²) untuk titik² pertemuan (knooppunten) dimana penam bahan atau pengurangan (perubahan) kwantitatif dari gerak menjebabkan perubahan kwalitatif dalam keadaan sesuatu benda, dan dimana, oleh karena itu, kwantitet berubah mendjadi kwalitet". (Dialektika Alam).

Beralih ke soal kimia, Engels berkata seterusnja:

"Kimia bolehlah dinamakan ilmu tentang perubahan² kwalitatif jang terdjadi dalam benda sebagai akibat perubahan² komposisi kwantitatif. Hal ini sudah diketahui oleh Hegel. Ambillah zat asam (oxygen), sebagai tjontoh: kalau molekul itu terdiri dari tiga atom dan bukannja dua sebagai biasanja, maka kita mendapatkan ozon, suatu benda jang dalam baru dan reaksinja sangat berlainan dengan zat asam biasa. Dan apakah jang akan kita katakan tentang perbandingan² jang berlainan dalam mana zat asam bertjampur dengan nitrogen (stikstof) atau belerang, dan jang masing² menghasilkan benda jang kwalitatif berbeda dari sernua benda² lainnja!" (Dalam buku itu djuga).

Achirnja, dalam mengkritik Dühring, jang dengan se-kuat²nja mentjela Hegel, tetapi jang dengan diam² memindjam daripadanja dalil jang terkenal bahwa peralihan dari alam tak berperasaan ke berperasaan, dari alam materi anorganik ke alam kehidupan organik, adalah lompatan ke suatu keadaan baru, Engels mengatakan:

"Ini adalah djustru garis pertemuan Hegelian tentang ukuran perbandingan, dalam mana, pada titik² pertemuan tertentu penamhahan atau pengurangan kwantitatif se-mata² menimbulkan lontjatan kwalitatif, misalnja, dalam hal air jang dipanaskan atau didinginkan, dimana titik-uap dan titik-beku adalah titik² pertemuan dimana-dibawah tekanan biasa-terdjadi lontjatan kekeadaan seluruhnja baru, dan dimana karena itu kwantitet berubah mendjadi kwalitet". (F. Engels, Anti-Dühring).

d) Berlawanan dengan metafisika, dialektika berpendapat bahwa kontradiksi² intern terdapat di dalam segala sesuatu dan gedjala alam, karena semuanja ini mempunjai segi² negatif dan positifnja, masa lampau dan masa depannja, sesuatu jang berangsur-angsur mati dan sesuatu jang berkembang; dan bahwa perdjuangan antara pertentangan² ini, perdjuangan antara jang lama dengan jang baru, antara apa jang sedang mati dengan jang sedang lahir, antara apa jang sedang lenjap dengan jang sedang berkembang, merupakan inti-sari proses perkembangan, inti-sari perubahan² kwantitatif ke perubahan² kwalitatif.

Dariitu metode dialektis berpendapat bahwa proses perkembangan dari jang lebih rendah ke jang lebih tinggi, terdjadi bukan sebagai pengembangan jang harmonis dari gedjala², tetapi sebagai pernjataan kontradiksi² jang terdapat di dalam segala sesuatu dan di dalam gedjala², sebagai "perdjuangan" tendens² jang berlawanan jang berlangsung di atas dasar kontradiksi² ini.

"Menurut artinja jang sebenarnja", kata Lenin, "dialektika adalah studi tentang kontradiksi di dalam hakekat segala sesuatu itu sendiri". (Lenin, Bukutjatatan Filsafat, Edisi Rusia, hal. 263).

Dan selandjutnja:

"Perkembangan adalah 'perdjuangan' dari jang bertentangan". (Lenin, Pilihan Tulisan², Edisi Rusia, Djilid XIII, halaman 301).

Demikianlah dengan ringkas, tjiri² pokok metode dialektis Marxis.

Mudahlah untuk mengerti betapa sangat pentingnja perluasan prinsip² metode dialektis pada studi tentang kehidupan sosial dan sedjarah masjarakat, dan betapa sangat pentingnja pemakaian prinsip² ini pada sedjarah masjarakat dan pada aktivitet² praktis Partai proletariat.

Kalau didunia tidak ada gedjala² jang terpisah, kalau semua gedjala itu saling-berhubungan dan tergantung kepada satu sama lain, maka teranglah bahwa tiap sistim sosial dan tiap gerakan sosial dalam sedjarah harus dinilai tidak dari sudut "keadilan jang kekal" atau sesuatu ide lainnja jang sudah difikirkan terlebih dahulu, sebagai mana sering dilakukan oleh ahli² sedjarah, melainkan dari sudut keadaan² jang melahirkan sistim atau gerakan sosial itu dan dengan mana mereka itu berdjalin.

Sistim pemilikan-budak akan mendjadi tidak mempunjai arti, merupakan kebodohan dan tidak wadjar dalam keadaan² modern. Tetapi dalam keadaan² sistim komune primitif jang sedang runtuh, sistim pemilikan-budak itu adalah gedjala jang sepenuhnja bisa difahamkan dan wadjar, karena ia merupakan suatu kemadjuan dibandingkan dengan sistim komune primitif.

Tuntutan untuk republik burdjuis-demokratis pada waktu ada tsarisme dan masjarakat burdjuis, seperti, kita katakan sadja, di Rusia dalam tahun 1905, adalah tuntutan jang sepenuhnja bisa difahamkan, tepat dan revolusioner, karena pada waktu itu suatu republik burdjuis akan berarti suatu langkah madju. Tetapi sekarang, dalam keadaan² di URSS, tuntutan untuk republik burdjuis-demokratis akan mendjadi tuntutan jang tidak mempunjai arti dan kontra-revolusioner, sebab republik burdjuis akan berarti suatu langkah mundur dibandingkan dengan republik Sovjet.

Segala sesuatu bergantung kepada keadaan, waktu dan tempat.

Djelaslah bahwa tanpa pendekatan berdasarkan sedjarah jang serupa ini terhadap gedjala² sosial, maka adanja dan perkembangan ilmu sedjarah tidaklah munkin, karena hanja pendekatan serupa itulah jang bisa menjelamatkan ilmu sediarah supaja tidak mendjadi suatu tjampur-baur kedjadian² kebetulan dan suatu timbunan kesalahan² jang pating bodoh.

Seterusnja, djika dunia itu berada dalam keadaan senantiasa bergerak dan berkembang, djika hilang-lenjapnja jang lama dan tumbuhnja jang baru adalah hukum perkembangan, maka djelaslah bahwa tidak akan bisa ada sistim² sosial jang "tidak bisa berubah", tidak akan bisa ada "prinsip² jang abadi" dari hak milik perseorangan dan penghisapan, tidak akan bisa ada "ide² jang abadi" tentang pembudakan petani oleh tuantanah, buruh oleh kapitalis.

Dari itu sistim kapitalis bisa digantikan oleh sistim Sosialis, persis seperti pada satu waktu sistim feodal digantikan oleh sistim kapitalis.

Karena itu kita tidak boleh mendasarkan orientasi kita atas lapisan² masjarakat jang tidak berkembang lagi, sekalipun pada waktu sekarang ini mereka merupakan kekuatan jang berkuasa, tetapi atas lapisan² jang sedang berkembang dan mempunjai hari depan dimukanja, meskipun pada waktu ini mereka tidak merupakan kekuatan jang berkuasa.

Dalam tahun delapanpuluhan abad jang lalu, dalam masa perdjuangan antara kaum Marxis dengan kaum Narodnik, proletariat di Rusia merupakan djumlah terketjil jang tidak berarti dari penduduk, sedang kaum tani perseorangan merupakan djumlah terbanjak jang luas dari penduduk. Akan tetapi proletariat sebagai klas sedang berkembang, sedangkan kaum tani sebagai klas sedang rontok. Dan djustru karena proletariat sebagai klas sedang berkembang, maka kaum Marxis mendasarkan orientasinja atas proletariat. Dan mereka tidak salah, sebab, sebagaimana kita ketahui, proletariat kemudian tumbuh dari kekuatan jang tidak berarti mendjadi kekuatan sedjarah dan politik jang nomor satu.

Dari itu, supaja tidak membikin kesalahan dalam politik, kita harus melihat ke depan, djangan ke belakang.

Selandjutnja, djika peralihan dari perubahan² kwantitatif jang pelan² ke perubahan² kwalitatif jang tjepat dan mendadak adalah hukum perkembangan, maka teranglah bahwa revolusi² jang dilakukan oleh klas² jang tertindas adalah suatu gejala yang sangat wadjar dan tidak bisa dihindarkan.

Karena itu peralihan dari kapitalisme ke Sosialisme dan pembebasan klas buruh dari penindasan kapitalisme tidak bisa dilaksanakan dengan perubahan² jang pelan², dengan reform², tetapi hanja dengan suatu perubahan kwalitatif atas sistim kapitalis, dengan revolusi.

Karena itu, supaja tidak membikin kesalahan dalam politik kita harus mendjadi seorang revolusioner, bukan seorang reformis.

Seterusnja, djika perkembangan berlangsung dengan terbukanja kontradiksi² intern, dengan bentrokan² diantara kekuatan² jang berlawanan berdasarkan kontradiksi² ini dan guna mengatasi kontradiksi² ini, maka teranglah bahwa perdjuangan klas dari proletariat adalah suatu gedjala jang sangat wadjar dan tidak bisa dielakkan.

Dari itu kita tidak boleh menutup-nutupi kontradiksi² dari sistim kapitalis, tetapi menelandjangi dan membeberkannja; kita tidak boleh mentjoba mengekang-perdjuangan klas itu tetapi melandjutkannja sampai pada achirnja.

Dari itu, supaja tidak membikin kesalahan dalam politik, kita harus mendjalankan politik klas proletar jang tidak kompromis, bukan politik reformis berupa penjesuaian kepentingan² proletariat dengan kepentingan burdjuasi, bukan politik kaum kompromis tentang "pertumbuhan kapitalisme mendjadi Sosialisme".

Demikianlah metode dialektis Marxis djika ditrapkan pada kehidupan sosial, pada sedjarah masjarakat.

Tentang materialisme filsafat Marxis, ia pada dasarnja adalah lawan jang langsung daripada idealisme filsafat.

2. Tjiri² pokok materialisme filsafat Marxis adalah sebagai berikut:

a) Berlawanan dengan idealisme, jang menganggap dunia sebagai pendjelmaan suatu "ide jang mutlak", suatu "djiwa universil", "kesedaran", maka materialisme filsafat Marx berpendapat bahwa dunia menurut sifatnja sendiri adalah materiil, bahwa gedjala² jang ber-matjam² dari dunia merupakan berbagai bentuk materi jang bergerak, bahwa saling-berhubungan dan saling-bergantungnja gedjala², sebagaimana ditetapkan oleh metode dialektis, adalah hukum perkembangan materi jang bergerak, dan bahwa dunia berkembang sesuai dengan hukum² gerak materi dan tidak memerlukan sesuatu "djiwa universil''.

"Pandangan-dunia materialis tentang alam", kata Engels, "adalah se-mata² penanggapan alam sebagai mana adanja, tanpa tambahan sesuatupun dari luar". (F. Engels, Ludwig Feuerbach, Edisi Inggeris, Moskow 1934, hal. 79).

Berbitjara tentang pandangan" materialis ahlifilsafat kuno Heraclitos jang berpendapat bahwa "dunia, kesatuan daripada seluruhnja, tidak ditjiptakan oleh sesuatu Tuhan atau seseorang manusia, tetapi data, sekarang dan seterusnja adalah suatu api jang hidup, menjala setjara sistimatis dan padam setjara sistimatis", Lenin menerangkan: "Suatu uraian jang baik sekali tentang dasar² pertama materialisme dialektis". (Lenin, Buku-tjatatan² Filsafat, Edisi Rusia, hal. 318).

b) Berlawanan dengan idealisme, jang menegaskan hahwa hanja kesedaran kitalah jang benar² ada, dan bahwa dunia materiil, jang ada, alam, hanja ada dalam kesedaran kita, dalam perasaan, ide dan tjita-rasa kita, maka filsafa materialis Marxis berpendapat bahwa materi, alam, jang ada, adalah kenjataan jang objektif jang berada di luar dan terlepas dari kesadaran kita; bahwa materi adalah primer, karena ia adalah sumber perasaan, ide, kesedaran, dan bahwa kesedaran, adalah sekunder, akibat, karena ia adalah refleksi materi, refleksi jang ada; bahwa kesedaran adalah hasil materi, jang dalam perkembangannja telah mentjapai tingkat kesempurnaan jang tinggi, jaitu otak, dan otak adalah alat untuk berfikir; dan bahwa karena itu kita tidak bisa memisahkan fikiran dari materi tanpa membikin kesalahan besar. Engels mengatakan:

"Soal hubungan antara pemikiran dengan jang ada, hubungan antara djiwa dengan alam adalah soal jang terpenting dari seluruh filsafat..... Djawaban² jang diberikan oleh ahlifilsafat² kepada soal ini membagi mereka dalam dua kubu jang besar. Mereka jang menegaskan bahwa djiwa adalah jang primer daripada alam…. merupakan kubu idealisme. Lain²nja, jang menganggap alam sebagai jang primer, termasuk dalam berbagai aliran materialisme". (Karl Marx, Pilihan Tulisan², Edisi Inggeris, Moskow 1946, Djilid I, hal. 366-367).

Dan seterusnja:

"Dunia jang materiil, jang bisa ditanggap dengan pantja-indera dalam mana termasuk diri kita sendiri, adalah satu²nja kenjataan.... Kesedaran dan pemikiran kita, bagaimanapun djuga tampaknja seakan-akan di luar tanggapan pantja-indera, adalah hasil anggota tubuh djasmani jang materiil, jaitu otak. Materi bukanlah hasil kesedaran, tapi kesedaran itu sendiri hanjalah hasil jang tertinggi dari materi". (Karl Marx, Pilihan Tulisan², Edisi Rusia, Djilid 1, hal. 332).

Mengenai soal materi dan fikiran, Marx mengatakan:

"Tidaklah mungkin untuk memisahkan fikiran dari materi jang berfikir. Materi adalah subjek dari semua perubahan". (Dalam buku itu djuga, hal. 335).

Dalam menerangkan materialisme filsafat Marxis, Lenin mengatakan:

Materialisme pada umumnja mengakui keadaan njata jang objektif (materi) sebagai terlepas dari kesedaran, perasaan, pengalaman…. Kesedaran adalah hanja refleksi dari keadaan, paling², suatu refleksi jang mendekati kebenaran (tjotjok, sungguh² tepat) daripadanja". (Lenin, Materialisme dan Empirio-Kritisisme, Edisi lnggeris, Moskow 1941, hal. 337-338).

Dan selandjutnja:

* "Materi jalah apa jang dengan mengenai pantja-indera kita, menghasilkan perasaan; materi jalah kenjataan objektif jang diberikan pada kita dalam perasaan.... Materi, alam, keadaan, djasmani-adalah primer, dan djiwa, kesedaran, perasaan, rohani-adalah sekunder". (Dalam buku itu djuga, hal. 145, 146).
* "Gambaran dunia adalah gambaran bagaimana materi bergerak dan bagaimana ‘materi berfikir'." (Dalam buku itu djuga, hal. 367).
* "Otak adalah alat untuk berfikir". (Dalam buku itu djuga, hal. 152).

c) Berlawanan dengan idealisme, jang tidak mengakui kemungkinan untuk mengetahui dunia dan hukum²nja, jang tidak pertjaja akan kebenaran pengetahuan kita, jang tidak mengakui kebenaran jang objektif, dan jang berpendapat bahwa dunia itu penuh dengan "benda-dalam-dirinja" jang tidak akan bisa diketahui oleh ilmu, maka materialisme filsafat Marxis berpendapat bahwa dunia dan hukum²nja sepenuhnja bisa diketahui, bahwa pengetahuan kita tentang hukum² alam, jang diuji dengan pertjobaan dan praktek, adalah pengetahuan jang benar jang mempunjai kekuatan kebenaran jang objektif, dan bahwa tidak ada sesuatu di dunia ini jang tidak bisa diketahui, jang ada hanjalah hal² jang belum diketahui, tetapi jang akan terbuka dan mendjadi diketahui dengan usaha² ilmu dan praktek.

Ketika mengkritik dalil Kant dan kaum idealis lainnja bahwa dunia tidak bisa diketahui dan bahwa ada "benda-dalam-dirinja" jang tidak dapat diketahui, dan ketika membela dalil materialis jang terkenal bahwa pengetahuan kita adalah pengetahuan jang benar, Engels menulis:

"Bantahan jang paling kena terhadap ini seperti djuga terhadap semua ide² filsafat lainnja jalah praktek, jaitu experimen dan industri. Djika kita dapat membuktikan kebenaran konsep kita tentang proses alam dengan kita sendiri membikinnja, dengan mentjiptakannja dari sjarat²nja dan menggunakannja untuk tudjuan² kita sendiri, maka berachirlah sudah 'benda-dalam-dirinja' jang tidak bisa difahami dari Kant. Bahan² kimia jang dihasilkan dalam tubuh tumbuh²an dan binatang tetap merupakan 'benda-dalam-dirinja' sampai ilmu kimia organik mulai menghasilkannja satu demi satu; dengan demikian 'benda-dalam-dirinja' mendjadi benda untuk kita, seperti misalnja, alizarin, bahan tjat dari pohon Rubiatinetorum, jang tidak susah² lagi menanam akar² pohon tsb. dikebun, tetapi menghasilkannja djauh lebih murah dan gampang dari tir arang-batu. Selama 300 tahun sistim tatasurja menurut Copernikus adalah satu hipotese, dengan seratus, seribu atau sepuluh ribu lawan satu di fihaknja, tetapi masih tetap merupakan satu hipoteste. Tetapi ketika Leverrier, dengan bahan² jang diberikan oleh sistim ini, bukan hanja menarik kesimpulan akan harus adanja suatu planit jang tidak diketahui tetapi djuga memperhitungkan kedudukan di langit jang mesti ditempati oleh planit ini, dan ketika Gallilei benar² menemukan planit ini, maka terbuktilah kebenaran sistim Copernikus itu". (Karl Marx, Pilihan Tuhsan², Edisi Inggeris, Moskow 1946, Djilid 1, hal. 368).

Dalam menuduh Bogdanov,- Bazarov, Jusjkewitsj dan pengikut² Mach lainnja dengan fideisme, dan dalam rnembela dalil materialis jang terkenal bahwa pengetahuan ilmiah kita tentang hukum² alam adalah pengetahuan jang benar, dan bahwa hukum² ilmu itu merupakan kebenaran jang objektif, Lenin mengatakan:

"Fideisme modern se-kali² tidak menolak ilmu; jang ditolaknja hanjalah 'tuntutan jang berlebih-lebihan' dari ilmu jaitu, tuntutannja akan kebenaran objektif. Djika kebenaran objektif itu ada (sebagaimana pendapat kaum materialis), djika ilmu² alam sadjalah, jang mentjerminkan dunia luar dalam 'pengalaman' manusia, jang bisa memberikan kebenaran jang objektif kepada kita, maka semua fideisme terbantah samasekali". (Lenin, Marerialisme dan Empirio-Kritisisme, Edisi Inggeris, Moskow 1947, hal. 123-124).

Demikianlah dengan singkat tjiri² jang kirnkteristik dari materialisme filsafat Marxis.

Mudahlah untuk difahamkan bagaimana amat sangat pentingnja perluasan prinsip² materialisme filsafat pada studi tentang kehidupan sosial, tentang sedjarah rnasjarakat, dan bagaimana amat sangat pentingnja pemakaian prinsip² ini pada sedjarah masjarakat dan pada aktivitet² praktis Partai proletariat.

Kalau hubungan antara gedjala² alam dan saling bergantungnja gedjala² itu adalah hukum² perkembangan alam, maka kelandjutannja jalah bahwa hubungan dan saling bergantungnja gedjala² kehidupan sosial adalah djuga hukum perkembangan masjarakat, dan bukan sesuatu jang kebetulan.

Maka itu, kehidupan sosial, sedjarah masjarakat, tidak lagi mendjadi timbunan "kedjadian² kebetulan", melainkan mendjadi sedjarah perkembangan masjarakat menurut hukum² jang tetap, dan studi tentang sedjarah masjarakat mendjadi suatu ilmu.

Makaitu aktivitet praktis Partai proletariat tidak boleh didasarkan atas keinginan² jang baik dari "orang² terkemuka", tidak atas tuntutan² "akal", "moral jang universil", dll., melainkan atas hukum² perkembangan masjarakat dan atas studi tentang hukum² ini.

Selandjutnja, djika dunia dapat diketahui dan pengetahuan kita tentang hukum² perkembangan alam adalah pengetahuan jang benar, jang mempunjai kekuatan kebenaran objektif, maka menurut ini kehidupan sosial, perkembangan masjarakat, djuga bisa diketahui, dan bahwa bahan² ilmu mengenai hukum² perkembangan masjarakat adalah bahan² jang benar jang mempunjai' kekuatan kebenaran² objektif.

Maka itu ilmu tentang sedjarah masjarakat, sekalipun dengan segala kerumitan gedjala² kehidupan sosial, bisa mendjadi ilmu jang djuga exak seperti, kita katakan sadja, ilmu biologi, dan bisa menggunakan hukum² perkembangan masjarakat untuk tudjuan² praktis.

Maka itu Partai proletariat dalam aktivitet praktisnja tidak boleh membiarkan dirinja dituntun oleh motif² jang kebetulan, tetapi harus oleh hukum² perkembangan masjarakat, dan oleh kesimpulan² praktis hukum² ini.

Maka itu Sosialisme diubah dari impian tentang hari depan jang lebih baik untuk kemanusiaan mendjadi ilmu.

Dari itu hubungan antara ilmu dan aktivitet praktis antara teori dan praktek, kesatuannja, harus mendjadi bintang-pedoman Partai proletariat.

Seterusnja, djika alam, jang ada, dunia materiil, adalah primer, dan kesedaran, fikiran, adalah sekunder, akibat; djika dunia materiil merupakan kenjataan objektif jang adanja terlepas dari kesedaran manusia, sedangkan kesedaran adalah tjerminan (refleksi) kenjataan objektif ini, maka menurut ini kehidupan materiil masjarakat, keadaannja, adalah djuga primer, dan kehidupan kedjiwaannja sekunder, akibat, dan bahwa kehidupan materiil masjarakat adalah kenjataan objektif jang adanja terlepas dari kemauan manusia, sedangkan kehidupan kedjiwaan masjarakat adalah refleksi kenjataan objektif ini, suatu refleksi dari jang ada.

Dari itu sumber penjusunan kehidupan spirituil masjarakat, asal-mulanja ide² sosial, teori² sosial, faham² politik dan badan² politik, tidak boleh ditjari dalam ide², teori², faham² dan badan² politik itu sendiri, melainkan dalam sjarat² kehidupan materiil masjarakat, dalam keadaan sosial, jang refleksinja berupa fikiran², teori². faham², dll.

Karena itu, kalau dalam berbagai zaman sedjarah ma sjarakat tampak berbagai ide², teori², faham² sosial dan badan² politik; kalau dalam sistim pemilikan-budak kita djumpai ide², teori², faham² sosial dan badan² politik tertentu, dalam feodalisme lain, dan dalam kapitalisme lain lagi, maka hal ini tidak bisa diterangkan dari "watak", "sifat²", ide², teori², faham² dan badan² politik itu sendiri tetapi dari sjarat² kehidupan materiil jang berlainan dari masjarakat pada masa² perkembangan sosial jang berlainan.

Begitu keadaan suatu masjarakat, begitu sjarat² kehidupan materiel suatu masjarakat, begitu pulalah ide², teori², faham² politik dan badan² politik masjarakat itu.

Berhubungan dengan ini, Marx mengatakan:

"Bukanlah kesedaran manusia jang menentukan keadaannja, tetapi sebaliknja, keadaan sosial merekalah jang menentukan kesedaran mereka". (Karl Marx, Pilihan Tulisan², Edisi Inggeris, Moskow 1946, Djilid I, hal. 300).

Maka itu, supaja tidak membikin kesalahan dalarn politik, supaja tidak djatuh ke dalam kedudukan tukang mimpi jang kosong, Partai proletariat tidak boleh mendasarkan aktivitet²nja atas "prinsip² akal manusia" jang abstrak, tetapi atas sjarat² kongkrit dari kehidupan materiil masjarakat, sebagai kekuatan jang menentukan dari perkembangan sosial ; bukan atas keinginan² jang baik dari "orang² besar", akan tetapi atas kebutuhan² jang njata dari perkembangan kehidupan materiil masjarakat.

Djatuhnja kaum utopis, termasuk kaum Narodnik, Anarkis dan kaum Sosialis-Revolusioner, adalah, antara lain, karena kenjataan.bahwa mereka tidak mengakui rol primer jang dilakukan oleh sjarat² kehidupan materiil masjarakat dalam perkembangan masjarakat dan, karena tenggelam dalam idealisme, tidak mendasarkan aktivitet praktisnja atas kebutuhan² perkembangan kehidupan materiil masjarakat, tetapi, dengan terlepas dari dan tidak memperdulikan kebutuhan² ini, atas "rentjana² jang muluk²" dan "rentjana² jang meliputi se-gala²nja" jang terpisah dari kehidupan jang sebenarnja dari masjarakat.

Kekuatan dan vitalitet Marxisme-Leninisme terletak dalam kenjataan bahwa ia sungguh mendasarkan aktivitet praktisnja atas kebutuhan² perkembangan kehidupan materiil masjarakat dan tidak pernah memisahkan dirinja dari kehidupan jang sebenarnja dari masjarakat.

Tetapi dari perkataan² Marx bukanlah lalu berarti bahwa ide-ide, teori-teori sosial, faham² politik dan badan² politik tidaklah penting dalam kehidupan masjarakat, bahwa mereka tidak mempengaruhi setjara timbal-balik keadaan sosial, perkembangan sjarat² materiil kehidupan masjarakat. Kita telah membitjarakan baru tentang asal-usul ide², teori², faham² sosial dan badan² politik, tentang bagaimana mereka timbul, tentang kenjataan bahwa kehidupan spirituil masjarakat adalah refleksi sjarat² kehidupan materiilnja. Mengenai arti ide², teori², faham² sosial dan badan² politik, mengenai peranannja dalam sedjarah, materialisme historis djauh daripada menjangkalnja, malahan menekankan peranan dan arti jang penting dari faktor² ini dalam kehidupan masjarakat, dalam sedjarahnja.

Ada berbagai matjam ide dan teori sosial. Ada ide² dan teoril lama jang hidup melampaui zamannja dan jang mengabdi kepada kepentingan² kekuatan² jang sekarat dalam masjarakat. Artinja terletak dalam kenjataan bahwa mereka merintangi perkembangan, merintangi kemadjuan masjarakat. Kemudian ada ide² dan teori² baru dan madju jang mengabdi kepada kepentingan² kekuatan² jang madju dalam masjarakat. Artinja terletak dalam kenjataan bahwa mereka mempermudah perkembangan, mempermudah kemadjuan masjarakat; dan semakin tepat mereka mentjerminkan kebutuhan² perkembangan kehidupan materiil masjarakat semakin besarlah artinja.

Ide² dan teori² sosial baru hanja lahir sesudah perkembangan kehidupan materiil masjarakat memberikan tugas² baru kepada masiarakat. Tetapi sekali mereka timbun mereka menjadi kekuatan jang paling perkasa jang mempermudah pelaksanaan tugas² baru ang diletakkan oleh perkembangan kehiupan materiil masiarakat, suatu kekuatan jang mempermudah kemadjuan masjarakat. Di sinilah djustru nilai mengorganisasi, memobilisasi, dan mengubah jang sangat besar dari ide² baru, teori² baru, faham² politik baru dan badan² politik baru, menampakkan dirinja. Ide² dan teori² sosial baru timbul djustru karena mereka perlu bagi masjarakat, karena tidaklah mungkin untuk melaksanakan tugas² jang mendesak dari perkembangan kehidupan materiil masjarakat tanpa aksi mereka jang mengorganisasi, memobilisasi dan mengubah. Lahir dari tugas² baru jang diletakkan oleh perkembangan kehidupan materiil masjarakat, maka ide² dan teori² sosial baru menembus djalan mereka, mendjadi milik massa, memobilisasi dan mengorganisasi mereka melawan kekuatan jang sekarat dalam masjarakat, dan dengan demikian memudahkan penggulingan kekuatan² ini jang menghambat perkembangan kehidupan materiil masjarakat.

Dengan demikian ide², teori² sosial dan badan² politik, setelah lahir atas dasar tugas² jang mendesak dari perkembangan kehidupan materiil masjarakat, perkembangan keadaan sosial, mereka itu sendiri kemudian memberikan pengaruhnja kembali atas keadaan sosial, alas kehidupan materill masjarakat, mentjiptakan sarat² jang diperlukan untuk dengan sepenuhnja melaksanakan tugas² jang mendesak dari kehidupan materiil masjarakat, dan untuk memberikan kemungkinan bagi perkembangannja jang lebih djauh.

Bertalian dengan ini, Marx mengatakan:

"Teori mendjadi kekuatan materiil segera sesudah ia menguasai massa". (Zur Kritik der Hegelschen Rechtsphilosophie).

Maka itu, supaja bisa mempengaruhi sjarat² kehidupan materiil masjarakat dan mempertjepat perkembangan serta perbaikannja, Partai proletariat harus bersandar pada teori sosial jang sedemikian rupa, ide sosial jang sedemikian rupa jang dengan tepat nentjerminkan kebutuhan² perkembangan kehidupan materiil masjarakat, dan jang karena itu bisa menggerakkan massa jang luas dari Rakjat dan bisa memobilisasi mereka dan mengorganisasi mereka mendjadi suatu tentara, jang mahabesar dari Partai proletariat, jang siap sedia untuk menghantjurkan kekuatan² reaksioner dan melapangkan djalan bagi kekuatan² jang madju dari masjarakat.

Ambruknja kaum "Ekonomis" dan kaum Mensjewik antara lain disebabkan oleh kenjataan bahwa mereka tidak mengakui rol memobilisasi, mengorganisasi dan mengubah dari teori, jang madju, dari ide² jang madju dan, karena tenggelam dalam materialisme jang vulger, membikin peranan faktor² ini, hampir mendjadi tidak berarti sama sekali, dangan demikian membikin Partai mendjadi pasif dan tidak berdaja.

Kekuatan dan vitalitet Marxisme-Leninisme timbul dari kenjataan bahwa ia bersandar pada teori jang madju jang dengan tepat mentjerminkan kebutuhan² perkembangan kehidupan materiil masjarakat, bahwa ia mengangkat teori pada tingkatan jang selajaknja, dan bahwa ia menganggap mendjadi kewadjibannja uniuk menggunakan sepenuhnja kekuatan memobilisasi, mengorganisasi dan mengubah dari teori ini.

Itulah djawaban jang diberikan oleh materialisme historis mengenai soal hubungan antara keadaan sosial dan kesedaran sosial, antara sjarat² perkembangan kehidupan materiil dan perkembangan kehidupan spirituil masjarakat.

3. Materialisme Historis

Sekarang tinggal mendjelaskan soal berikut: apakah, dilihat dari sudut pendirian materialisme historis jang dimaksud dengan "sjarat² kehidupan materiil masjarakat" jang pada tingkat terachir manentukan pisiognomi (wadjah) masjarakat, ide²nja, faham²nja, badan² politiknja, dll.?

Apakah, pada achirnja, "sjarat² kehidupan materiil masjarakat" ini, bagaimanakah tjiri² chususnja?

Tidak bisa disangsikan lagi bahwa dalam pengertian "sjarat² kehidupan materiil masjarakat", termasuk per-tama², alam jang mengelilingi masjarakat, lingkungan geografi, jang mendjadi salah satu sjarat kehidupan materiil jang tidak bisa ditiadakan dan tetap dari masjarakat dan jang sudah barang tentu, mempengaruhi perkembangan masjarakat. Peranan apakah jang didjalankan oleh lingkungan geografi dalam perkembangan masjarakat? Apakah lingkungan geografi merupakan kekuatan pokok jang menentukan wadjah masjarakat, watak sistim sosial manusia, peralihan dari satu sistim ke sistim lainnja?

Materialisme historis mandjawab pertanjaan ini dengan sangkalan.

Memang tak dapat disangkal lagi bahwa lingkungan geografi merupakan salah satu sjarat jang tetap dan tak dapat ditiadakan dari perkembangan masjarakat, dan, sudah tentu, mempengaruhi perkembangan masjarakat, mempertjepat atau memperlambat perkembangannja. Akan tetapi pengaruhnja itu bukanlah pengaruh jang menentukan, karena perubahan² dan perkembangan masjarakat itu berlangsung dengan ukuran jang lebih tjepat jang tidak bisa dibandingkan dengan ketjepatan perubahan² dan perkembangan lingkungan geografi. Dalam tempo tiga ribu tahun di Eropa telah berganti ber-turut² tiga sistim sosial jang berlainan: sistim komune primitif, sistim pemilikan-budak dan sistim feodal. Di bagian timur Eropa, di URSS, malahan telah berganti empat matjam sistim sosial. Tetapi selama masa ini keadaan² geografi di Eropa tidak berubah sama sekali, atau telah berubah begitu sedikitnja hingga geografi tidak memperhitungkan mereka. Dan ini memang sudah sangat sewadjarnja. Perubahan² jang penting dalam lingkungan geografi membutuhkan djutaan tahun, sedangkan beberapa ratus atau dua tiga ribu tahun sadja sudah tjukup untuk perubahan² jang malahan sangat penting dalam sistim masjarakat manusia.

Dengan ini teranglah bahwa lingkungan geografi tidak bisa mendjadi sebab pokok, sebab jang menentukan dari perkembangan sosial, karena sesuatu jang dalam tempo puluhan ribu tahun hampir tetap tidak berubah, tidak bisa mendjadi sebab pokok perkembangan sesuatu jang dalam tempo beberapa ratus tahun sadja mengalami perubahan² jang fundamentil.

Seterusnja, tidak bisa di-ragu²kan lagi bahwa dalam pengertian "sjarat² kehidupan materiil masjarakat" djuga termasuk pertumbuhan penduduk, padatnja penduduk pada tingkatan jang satu atau lainnja, karena manusia adalah elemen jang utama dari sjarat² kehidupan materiil masjarakat, dan tanpa adanja sedjumlah minimum manusia maka tidak akan bisa ada kehidupan materiil masjarakat. Apakah pertumbuhan penduduk tidak merupakan kekuatan pokok jang menentukan karakter sistim sosial manusia?

Materialisme historis mendjawab pertanjaan ini djuga dengan sangkalan.

Sudah tentu, pertumbuhan penduduk memoengaruhi perkembangan masjarakat, memudahkan atau menghambat perkembangan masjarakat, tetapi ia tidak bisa merupakan kekuatan pokok perkembanean masjarakat, dan pengaruhnja pada perkembangan masjarakat tidak bisa merupakan pengaruh jang menentukan sebab, pertumbuhan penduduk itu sendiri tidak memberikan kuntji untuk mendjawab pertanjaan mengapa sesuatu sistim sosial diganti djustru oleh sistim baru jang begini atau begitu dan tidak oleh jang lainnja, mengapa sistim komune primitif diganti djustru oleh sistim pemilikan-budak, sistim pemilikan-budak oleh sistim feodal, dan sistim feodal oleh sistim burdjuis, dan tidak oleh sesuatu sistim lainnja.

Kalau pertumbuhan penduduk merupakan kekuatan jang menentukan dari perkembangan sosial, maka kepadatan penduduk jang lebih besar pasti akan melahirkan matjam sistim sosial jang lebih tinggi jang sesuai dengan itu. Akan tetapi jang kita lihat tidak demikian halnja. Padatnja penduduk di Tiongkok adalah empat kali lebih besar daripada di Amerika Serikat, sekalipun demikian Amerika Serikat dalam tingkatan perkembangan sosial berdiri lebih tinggi daripada Tiongkok, karena di Tiongkok masih berlaku sistim setengah-feodal, sedangkan Amerika Serikat telah sedjak lama mentjapai tingkat jang tertinggi dari perkembangan kapitalisme. Padatnja penduduk di Belgia adalah 19 kali sebesar di Amerika Serikat, dan 26 kali sebesar di URSS. Sekalipun demikian dalam tingkat perkembangan sosial Amerika Serikat berada pada tingkat jang lebih tinggi daripada Belgia; dan mengenai URSS, Belgia ketinggalan satu zaman sedjarah sendiri di belakang negeri ini, sebab di Belgia masih bcrlaku sistim kapitalis, sedangkan URSS telah menghapuskan kapitalisme dan telah mendirikan sistim Sosialis.

Dari sini teranglah bahwa pertumbuhan penduduk bukanlah, dan tidak bisa, merupakan kekuatan pokok perkembangan masjarakat, kekuatan jang menentukan karakter sistim sosial, wadjah masjarakat.

a) Maka apakah jang merupakan kekuatan pokok dalam keseluruhan sjarat² kehidupan materiil masjarakat jang menentukan wadjah masjarakat, karakter sistim sosial, perkembangan masjarakat dari satu sistim ke sistim lainnja?

Kekuatan ini menurut materialisme historis ialah tjara mendapatkan keperluan² hidup jang dibutuhkan untuk hidupnja manusia, tjara memproduksi nilai² materiil-makanan, pakaian, perkakas² produksi, dll-jang tidak bisa dipisahkan untuk kehidupan dan perkembangan masjarakat.

Untuk hidup manusia harus mempunjai pangan, sandang, kasut, tempat berlindung, bahan bakar, dsb.; untuk mempunjai nilai² materiil ini, manusia harus menghasilkannja; dan untuk menghasilkannja, manusia harus mempunjai perkakas produksi dengan mana pangan, sandang, kasut, tempat berlindung, bahan bakar dll. dihasilkan; mereka harus bisa menghasilkan perkakas² ini dan bisa menggunakannja.

Perkakas² produksi dengan mana nilai² materiil dihasilkan, manusia jang menggunakan perkakas² produksi dan melakukan produksi nilai² materiil berkat pengalaman produksi dan ketjakapan kerdja tertentu-semua elemen ini ber-sama² merupakan tenaga² produktif masjarakat.

Akan tetapi tenaga² produktif hanjalah merupakan satu segi dari produksi, hanja merupakan satu segi dari tjara produksi, suatu segi jang menjatakan hubungan manusia dengan benda² dan kekuatan² alam jang mereka gunakan untuk memproduksi nilai² materiil. Segi lainnja dari produksi, segi lainnja dari tjara produksi, jalah hubungan manusia satu sama lainnja dalam proses produksi, huhungan² produksi manusia. Manusia melakukan perdjuangan melawan alam dan menggunakan alam untuk memproduksi nilai² materiil tidak terpisah satu dengan lainnja, tidak sebagai orang² jang ter-pisah², tetapi ber-sama², dalam grup², dalam masjarakat². Oleh karena itu, produksi selamanja dan dalam segala keadaan adalah produksi sosial. Dalam menghasilkan nilai² materiil manusia memasuki hubungan timbal-balik matjam jang satu atau jang lain di dalam produksi, memasuki satu atau lain matjam hubungan² produksi. Hubungan² ini bisa merupakan hubungan² kerdjasama dan saling bantu antara manusia jang bebas dari penghisapan; hubungan² ini bisa merupakan hubungan penguasaan dan pengabdian; dan achirnja, hubungan² ini bisa merupakan hubungan peralihan dari satu bemtuk hubungan produksi ke bentuk lainnja. Tetapi apapun djuga wataknja hubungan² produksi itu, selamanja dan dalam tiap² sistim, mereka itu merupakan elemen produksi jang sama sangat pentingnja seperti tenaga² produktif masjarakat.

"Dalam produksi," kata Marx, "manusia bukan sadja bertindak terhadap alam tetapi djuga terhadap satu sama lain. Mereka berproduksi dengan bekerdja-sama menurut tjara tertentu dan saling menukarkan kegiatan mereka. Untuk berproduksi, mereka memasuki hubungan dan pertalian timbal-balik jang tertentu, dan hanja di dalam hubungan dan pertalian kemasjarakatan inilah dilakukan pengaruh mereka atas alam, dilakukan produksi". (Karl Marx, Pilihan Tulisan, Edisi Inggris, Moskow 1946, Djilid I, hal. 211).

Oleh karena itu produksi, tjara produksi, meliputi ke-dua²nja, tenaga² produktif masjarakat dan hubungan² produksi dari manusia, dan dengan demikian merupakan pendjelmaan kesatuan mereka dalam proses produksi nilai² materiil.

b) Tjiri jang pertama dari produksi jalah bahwa ia tidak pernah tinggal diam pada satu titik untuk waktu jang lama dan selalu berada dalam keadaan berubah dan berkembang, dan bahwa, selandjutnja, perubahan² dalam tjara produksi tidak boleh tidak menimbulkan perubahan² dalam seluruh sistim sosial, ide² sosial, pandangan² politik dan badan² politik-mereka menimbulkan pembangunan kembali seluruh susunan sosial dan politik. Pada tingkat perkembangan jang berlainan, manusia menggunakan tjara produksi jang berlainan, atau, kalau dinjatakan setjara lebih sederhana, mempunjai tjara hidup jang berlainan. Dalam komune primitif terdapatlah satu tjara produksi, dalam sistim pemilikan-budak terdapat tjara produksi jang lain, dalam feodalisme tjara produksi jang lain lagi, dan seterusnja. Dan sesuai dengan itu sistim sosial manusia, kehidupan spirituil manusia, pandangan² dan badan² politik mereka djuga ber-lain²an.

Begitu tjara produksi masjarakat, begitu pulalah pada pokoknja masjarakat itu sendiri, ide² dan teori²nja, pandangan² dan badan² politiknja.

Atau, kalau dinjatakan lebih sederhana, begitu tjara hidup manusia, begitu pulalah tjara berfikirnja.

Ini berarti bahwa sedjarah perkembangan masjarakat adalah per-tama² sedjarah perkembangan produksi, sedjarah tjara² produksi jang silih berganti dalam masa ber-abad² lamanja, sedjarah perkembangan tenaga² produktif dan hubungan² produksi dari manusia.

Dari itu sedjarah perkembangan sosial adalah djuga sedjarah kaum penghasil nilai² materiil itu sendiri, sedjarah massa jang bekerdja jang mendjadi kekuatan pokok dalam proses produksi dan jang melakukan produksi nilai² materiil jang diperlukan untuk hidupnja masjarakat.

Dari itu, djika ilmu sedjarah hendak mendjadi ilmu jang sungguh², maka ia tidak bisa lebih lama lagi mendjadikan sedjarah perkembangan sosial sebagai perbuatan radja² dan djenderal², sebagai perbuatan "penakluk²" dan "pendjadjah²"' negara, tetapi per-tama² harus mentjurahkan perhatiannja kepada sedjarah kaum penghasil nilai-nilai materiil, sedjarah massa pekerdja, sedjarah bangsa².

Dari itu kuntji untuk mempeladjari hukum² sedjarah masjarakat tidak boleh ditjari dalam fikiran manusia, dalam pandangan² dan ide² masjarakat, tapi dalam tjara produksi jang dipraktekkan oleh masjarakat dalam sesuatu periode sedjarah tertentu; ia harus ditjari dalam kehidupan ekonomi masjarakat.

Dari itu kewadjiban jang pertama dari ilmu sedjarah jalah mempeladjari dan menjingkap hukum² produksi, hukum² perkembangan tenaga² produktif serta hubungan² produksi, hukum² perkembangan ekonomi masjarakat.

Dari itu, djika Partai proletariat hendak mendjadi Partai jang sungguh², maka ia harus per-tama² menguasai pengetahuan tentang hukum² perkembangan produksi, tentang hukum² perkembangan ekonomi masjarakat.

Dari itu, djika tidak hendak membikin kesalahan dalam politik, Partai proletariat baik dalam merentjanakan programnja maupun dalam aktivitet² praktisnja harus per-tama² berpangkal pada hukum² perkembangan produksi, pada hukum' perkembangan ekonomi masjarakat.

c) Tjiri jang kedua dari produksi jalah bahwa perubahan dan perkembangannja selalu dimulai dengan perubahan² dan perkembangan tenaga² produktif, dan per-tama², dengan perubahan² dan perkembangan perkakas² produksi. Karena itu tenaga² produktif adalah elemen produksi jang paling mobil dan revolusioner. Mula² tenaga² produktif masjarakat berubah dan berkembang, dan kemudian, bergantung kepada perubahan² ini dan sesuai dengan mereka, berubahlah hubungan² produksi dari manusia, hubungan² ekonomi mereka. Akan tetapi ini tidak berarti bahwa hubungan² produksi tidak mempengaruhi perkembangan tenaga² produktif dan bahwa jang tersebut belakangan ini tidak bergantung kepada jang pertama. Sedangkan perkembangan mereka bergantung kepada perkembangan tenaga² produktif, hubungan² produksi sebaliknja mempengaruhi kembali perkembangan tenaga² produktif, mempertjepat atau memperlambatnja. Dalam hubungan ini perlu ditjatat bahwa hubungan² produksi tidak bisa terlalu lama ketinggalan dibelakang dan berada dalam keadaan jang bertentangan dengan pertumbuhan tenaga² produktif, karena tenaga² produktif bisa berkembang menurut ukuran jang sepenuhnja hanja bila hubungan² produksi sesuai dengan karakter, keadaan tenaga² produktif dan memberikan kebebasan sepenuhnja bagi perkembangannja. Karena itu, biar bagaimana djuga ketinggalannja hubungan² produksi di belakang perkembangan tanaga² produktif, mereka mesti, tjepat atau lambat, mendjadi sesuai-dan memang benar² mendjadi sesuai-dengan tingkat perkembangan tenaga² produktif, dengan karakter tenaga produktif. Kalau tidak kita akan mengalami pelanggaran jang fundamental dari kesatuan tenaga² produktif dan hubungan² produksi di dalam sistim produksi, suatu kekatjauan produksi pada umumnja, suatu krisis produksi, suatu kehantjuran tenaga² produktif.

Suatu tjontoh dimana hubungan² produksi tidak sesuai dengan karakter tenaga² produktif, bertentangan dengan mereka, jalah krisis² ekonomi di-negeri² kapitalis, dimana hak milik perseorangan setjara kapitalis atas alat² produksi adalah sangat bertentangan dengan karakter sosial dari proses produksi, dengan karakter tenaga² produktif. Ini berakibat krisis² ekonomi, jang menjebabkan kehantjuran tenaga² produktif. Selandjutnja; pertentangan ini sendiri merupakan dasar ekonomi dari revolusi sosial, jang tudjuannja jalah menghantjurkan hubungan² produksi jang ada dan mentjiptakan hubungan² produksi baru jang sesuai dengan karakter tenaga² produktif.

Sebaliknja, suatu tjontoh dimana hubungan² produksi sepenuhnja sesuai dengan karakter tenaga² produktif jalah ekonomi nasional Sosialis di URSS, dimana hak milik sosial atas alat² produksi sepenuhnja sesuai dengan karakter sosial proses produksi, dan dimana, karena itu, tidak dikenal krisis ekonomi dan kehantjuran tenaga² produktif.

Oleh karena itu, tenagaa produktif tidak hanja merupakan elemen jang paling mobil dan revolusioner dalam produksi, tapi adalah djuga elemen jang menentukan dalam perkembangan produksi.

Begitu keadaan tenaga² produktif, begirtulah tentu keadaan hubungan² produksi.

Kalau keadaan tenaga² produktif memberikan djawaban pada pertanjaan-dengan perkakas² produksi apakah manusia menghasilkan nilai² materiil jang mereka butuhkan?-maka keadaan huhungan² produksi memberikan djawaban pada pertanjaan lainnja-siapakah jang memiliki alat² produksi (tanah, hutan, air, sumber² pelikan, bahan² mentah, perkakas² produksi, gedung² perusahan, alat² pengangkutan dan perhubungan, dsb.), siapakah jang menguasai alat² produksi itu, apakah seluruh masjarakat, atau orang² perseorangan, grup² atau klas² jang menggunakannja untuk menghisap orang², grup² atau klas² lainnja?

Di bawah ini adalah gambaran kasar perkemhangan tenaga² produktif mulai dari zaman purbakala sampai pada zaman kita sekarang. Peralihan dari perkakas² batu jang kasar sampai pada busur dan anak panah dan peralihan jang menjertai ini dari hidup berburu kepemeliharaan hewan² dan pengangonan jang primitif; peralihan dari perkakas² batu ke-perkakas² logam (kapak besi, badjak kaju dengan najam besi, dsb.), disertai dengan peralihan jang sesuai ke tjotjok-tanam dan pertanian; perbaikan jang lebih djauh dari petkakas² logam untuk mengerdjakan bahan², permulaan penggunaan embusan pandai-besi, mulai dibikinnja barang² grabah sedjalan dengan perkembangan keradjinan-tangan, pemisahan keradjinaa-tangan dari pertanian, perkembangan industri keradjinan tangan jang berdiri sendiri dan kemudian perkembangan manufaktur; peralihan dari perkakas² keradjinan-tangan ke-mesin² dan perubahan keradjinan-tangan dan manufaktur mendjadi industri mesin; peralihan ke sistim mesin dan lahirnja industri mesin modern, setjara besar²an-demikianlah gambaran setjara umum dan jang djauh daripada lengkap dari perkembangan tenaga² produktif masjarakat selama sedjarah manusia. Mendjadi djelaslah bahwa perkembangan dan perbaikan perkakas² produksi itu dilaksanakan oleh manusia jang bersangkutan dengan produksi, dan tidak terlepas dari manusia; dan karena itu, perubahan dan perkembangan perkakas² produksi disertai oleh perubahan dan perkembangan manusia, sebagai elemen jang terpenting dari tenaga² produktif, oleh perubahan dan perkembangan pengalaman mereka dalam produksi, ketjakapan bekerdja mereka, kepandaian mereka memakai perkakas² produksi.

Selaras dengan perubahan dan perkembangan tenaga² produktif masjarakat di dalam perdjalanan sedjarah, djuga huhungan² produksi dari manusia, hubungan² ekonomi mereka berubah dan berkembang.

Sedjarah menganal lima matjam hubungan produksi jang pokok jaitu: komune primitif, pemilikan budak, feodal, kapitalis dan Sosialis.

Dasar hubungan² produksi dalam sistim komune primitif jalah bahwa alat² produksi dimiliki setjara sosial. Ini pada dasarnja sesuai dengan karakter tenaga² produktif pada masa itu. Perkakas² batu, dan kemudian, busur dan panah, menutup kemungkinan bagi manusia setjara sendiri² melawan kekuatan alam dan binatang² buas. Untuk mengumpulkan buah²an dari hutan, menangkap ikan, membikin sematjam rumah, manusia terpaksa bekerdja bersama djika mereka tidak hendak mati kelaparan, atau djatuh mendjadi mangsa binatang buas atau masjarakat² jang tinggal berdekatan. Bekerdja bersama menimbulkan hakmilik bersama atas alat² produksi, begitu djuga atas hasil² produksi. Disini belum ada pengertian hak milik perseorangan atas alat² produksi, ketjuali hak milik pribadi atas beberapa perkakas produksi, jang bersamaan dengan itu djuga merupakan alat untuk pembelaan diri terhadap binatang buas. Disini tidak ada penghisapan, tidak ada klas².

Dasar hubungan² produksi dalam sistim pemilikan budak jalah bahwa pemilik budak memiliki alat² produksi; dia djuga memiliki pekerdja jang melakukan produksi budak, jang bisa dia djual, dia beli atau dia bunuh seperti hewan sadja. Hubungan² produksi sedemikian itu pada dasarnja sesuai dengan keadaan tenaga² produktif pada masa itu. Sebagai ganti perkakas² batu, sekarang manusia mempunjai perkakas² logam jang bisa mereka pergunakan; sebagai ganti mata-pentjarian jang menjedihkan dan primitif dari pemburu, jang tidak mengenal baik pengangonan maupun pertanian, sekarang timbullah pengangonan, pertanian, keradjinan-tangan, dan suatu pembagian kerdja di antara tjabang² produksi ini. Timbullah kemungkinan tukar-menukar hasil² di antara orang² dan di antara masjarakat², kemungkinan penumpukan kekajaan dalam tangan beberapa orang, penumpukan jang sungguh² dari alat² produksi dalam tangan golongan tersedikit, dan kemungkinan penaklukan golongan terbanjak oleh golongan tersedikit dan didjadikannja mereka sebagai budak. Disini kita tidak mendapatkan lagi kerdja bersama dan bebas dari semua anggota masjarakat dalam proses produksi-disini berlaku kerdja paksa budak², jang dihisap oleh kaum pemilik budak jang tidak bekerdja. Karena itu disini tidak ada hak milik bersama atas alat² produksi atau atas hasil produksi. la diganti oleh hak milik perseorangan. Di sini pemilik budak nampak sebagai pemilik harta benda jang terutama dan terpenting dalam arti kata jang sesungguhnja.

Kaja dan miskin, kaum penghisap dan kaum terhisap, orang² jang mempunjai hak penuh dan orang² jang tidak mempunjai hak, dan perdjuangan klas jang sengit di antara mereka demikianlah gambaran sistim pemilikan-budak.

Dasar hubungan² produksi dalam sistim feodal jalah bahwa tuan feodal memiliki alat² produksi dan tidak memiliki sepenuhnja pekerdja jang melakukan produksi-hamba, jang tidak bisa lagi dibunuh legitu sadja oleh tuan feodal, tetapi jang bisa dia beli dan djual. Di samping hak milik feodal di situ terdapat hak milik perseorangan petani dan tukang keradjinan-tangan atas perkakas produksinja serta perusahaan, perseorangannja jang didasarkan atas tenaga-kerdjanja sendiri. Hubungan² produksi sedemikian itu pada dasarnja sesuai dengan keadaan tenaga² produktif pada masa itu. Perbaikan² lebih landjut dalam melebur dan mengerdjakan besi; meluasnja badjak besi dan pertenunan; perkembangan jang lebih djauh dari pertanian, perkebunan, penanaman anggur dan pembikinan hasil² dari susu; timbulnja perusahaan² manufaktur di samping bengkel² keradjinan-tangan-demikianlah tjiri² jang karakteristik dari keadaan tenaga² produktif.

Tenaga² produktif jang baru menuntut supaja pekerdja menundjukkan inisiatif dalam produksi, dan ketjenderungan untuk bekerdja, minat dalam pekerdjaan. Karena itu tuan feodal melemparkan budak, sebagai pekerdja jang tidak mempunjai minat dalam pekerdjaan dan sama sekali tanpa inisiatif, dan lebih suka berurusan dengan hamba, jang mempunjai perusahaannja sendiri, perkakas² produksinja sendiri, dan sekedar minat dalam pekerdjaan jang perlu untuk menggarap tanah dan untuk membajar kepada tuan feodal dengan sebagian dari hasil panennja dalam udjud bahan.

Di sini hak milik perseorangan telah berkembang lebih djauh. Penghisapan hampir sama hebatnja dengan penghisapan dalam sistim pemilikan-budak-ia hanja sedikit diperlunak. Perdjuangan klas antara kaum penghisap dan kaum terhisap merupakan tjiri pokok dari sistim feodal.

Dasar hubungan² produksi dalam sistim kapitalis jalah bahwa si kapitalis memiliki alat² produksi, tetapi tidak memiliki kaum pekerdja di dalam produksi-kaum pekerdja upahan, jang tidak bisa dibunuh atau didjual oleh si kapitalis sebab mereka perseorangan adalah merdeka, tetapi tidak mempunjai alat² produksi dan supaja tidak mati kelaparan, terpaksa mendjual tenaga-kerdja mereka kepada si kapitalis dan harus memikul beban penghisapan. Di samping hakmilik kapitalis atas alat² produksi kita dapati, mula² sangat luas, milik perseorangan petani² dan tukang² keradjinan-tangan atas alat² produksi, petani² dan tukang² keradjinan-tangan ini tidak lagi mendjadi hamba dan milik perseorangan mereka ini berdasarkan kerdja perseorangan mereka sendiri. Sebagai pengganti bengkel² kemdjinan-tangan dan manufaktur, maka timbullah perusahaan² dan fabrik² raksasa jang diperlengkapi dengan mesin². Sebagai pengganti perusahaan pertanian kaum bangsawan, jang dikerdjakan dengan perkakas produksi jang primitif dari petani, timbul sekarang perusahaan² pertanian kapitalis jang besar jang didjalankan setjara ilmiah din diperlengkapi dengan mesin² pertanian.

Tenaga² produktif jang baru menghendaki supaja kaum buruh di dalam produksi mempunjai pendidikan lebih baik dan lebih tjerdas daripada hamba² jang tertindas dan tidak berpengetahuan, hingga mereka bisa memahami mesin² dan mendjalankannja dengan tepat. Karena itu, kaum kapitalis lebih suka berurusan dengan kaum buruh upahan jang bebas dari ikatan² perhambaan d²n jang tjukup terdidik untuk dapat mendjalankan mesin² dengan tepat.

Tetapi sesudah mengembangkan tenaga² produktif sampai tingkat jang hebat sekali, kapitalisme mendjadi terdjirat dalam pertentangan² jang tidak bisa ia petjahkan. Dengan memproduksi djumlah baring-dagangan² jang semakin banjak, dan menurunkan harga²nja, kapitalisme memperhebat persaingan, membinasakan pemilik² perseorangan ketjil din menengah, membikin mereka mendjadi kaum proletar dan mengurangi daja beli mereka, dengan akibat bahwa mendjadi tidak mungkin untuk mendjual baring-dagangan² jang dihasilkan. Di fihak lain, dengan meluaskan produksi dan memusatkan djutaan kaum buruh, dalam perusahaan² dan fabrik² raksasa, kapitalisme memberikan watak sosial pada proses produksi dan dengan demikian merusak dasarnja sendiri, karena watak sosial produksi menuntut pemilikan sosial alas alat² produksi; tetapi alat² produksi tetap mendjadi milik perseorangan setjara kapitalis, jang bertentangan sama sekali dengan watak sosial proses produksi.

Pertentangan² jang tidak bisa didamaikan ini antara watak tenaga² produktif dan hubungan² produksi bisa dirasakan dalam krisis² kelebihan produksi jang periodik, di waktu kaum kapitalis, karena tidak mendapatkan permintaan jang tjukup banjak atas barang²nja berhubung dengan kemiskinan massa penduduk jang mereka timbulkan sendiri, terpaksa membakar hasil², menghantjurkan barang² jang telah dibikin, menghentikan produksi, dan menghantjurkan tenaga² produktif pada saat ketika djutaan Rakjat terpaksa mengalami pengangguran dan kelaparan, bukan karena tidak ada tjukup barang², tetapi karena kebanjakan barang² jang dihasilkan.

Ini berarti bahwa hubungan² produksi kapitalis sudah tidak sesuai lagi dengan keadaan tenaga² produktif masjarakat dan telah mendjadi pertentangan jang tidak bisa didamaikan dengan mereka.

Ini berarti bahwa kapitalisme telah hamil dengan revolusi, jang tugas kewadjibannja jalah menggantikan pemilikan setjara kapitalis atas alat² produksi jang sedang berlaku dengan pemilikan setjara Sosialis.

Ini berarti bahwa tjiri pokok sistim kapitalis jalah perdjuangan klas jang paling sengit antara kaum penghisap dan kaum terhisap.

Dasar hubungan² produksi dalam sistim Sosialis, jang sementara ini baru didirikan di URSS, jalah pemilikan setjara sosial atas alat² produksi. Di sini tidak ada lagi kaum penghisap dan kaum terhisap. Barang² jang dihasilkan dibagikan menurut kerdja jang dilakukan, atas prinsip: "Siapa jang tidak bekerdja, ia djuga tidak akan makan". Di sini huhungan² orang satu sama lain dalam proses produksi ditandai oleh kerdjasama setjara persaudaraan dan saling-bantu setjara Sosialis antara kaum buruh jang bebas dari penghisapan. Di sini hubungan² produksi sepenuhnja sesuai dengan keadaan tenaga² produktif, karena watak sosial proses produksi diperkuat oleh pemilikan setjara sosial atas alat² produksi.

Karena itu produksi setjara Sosialis di URSS tidak mengenal krisis² kelebihan produksi jang periodik dengan segala keedanan jang meagikutinja.

Karena itu, tenaga² produktif di sini berkembang dengan langkah jang tjepat, sebab hubungan² produksi jang sesuai dengan tenaga² produktif memberikan keleluasaan se-penuh²nja bagi perkembangan sedemikian itu.

Demikianlah gambaran perkembangan hubungan² produksi dari manusia dalam perdjalanan sedjarah manusia.

Demikianlah ketergantungan perkembangan hubungan² produksi pada perkembangan tenaga² produktif masjarakat, dan terutama sekali, pada perkembangan perkakas² produksi oleh karena ketergantungan itu maka perubahan² dan perkembangan tenaga² produktif tjepat atau lambat membawa perubahan² dan perkembangan hubungan² produksi jang sesuai.

"Pemakaian dan pembikinan perkakas² kerdja" kata Marx, "meskipun terdapat da1am tingkat permulaan diantara djenis² binatang tertentu, adalah mendjadi sifat chusus proses-kerdja manusia. dan dari itu Franklin membikin definisi manusia sebagai hewan pembikin perkakas. Bekas² perkakas kerdja zaman dulu adalah sama pentingnja bagi penjelidikan bentuk² ekonomi masjarakat jang lampau, seperti halnja dengan bekas² (fosil) tulang-belulang bagi penentuan djenis² binatang jang sudah tidak ada lagi. Bukanlah barang² apa jang dibikin, tetapi bagaimana barang² itu dibikin, dan dengan perkakas² apa, jang memungkinkan kita membeda-bedakan berbagai zaman ekonomi. Perkakas-perkakas kerdja tidak hanja memberikan ukuran tingkat perkembangan jang telah ditjapai oleh kerdja manusia, tetapi mereka adalah djuga penundjuk bagi keadaan² sosial dalam mana kerdja itu dilakukan". (Karl Marx, Kapital, London 1908, Djilid 1, halaman 159).

Dan seterusnja:

* "Hubungan² sosial adalah rapat hubungannja dengan tenaga² produktif. Dalam memperoleh tenaga² produktif baru manusia mengubah tjara produksi mereka; dan dalam mengubah tjara produksi mereka, dalam mengubah tjara memperoleh penghidupan mereka, mereka mengubah sernua hubungan sosialnja. Kilang-tangan memberikan pada kita masjarakat dengan tuan feodal; kilang-uap, suatu masjarakat dengan kaum kapitalis industri". (Karl Marx,
* Kemiskinan Filsafat, Edisi Inggris, Moskow 1935, hal 92). "Ada gerak jang terus-menerus dari pertumbuhan dalam tenaga² produktif, dari kehantjuran dalam huhungan² sosial, dari pemhentukan dalam ide²; satu²nja jang tidak bergerak jalah abstraksi dari gerak". (Dalam buku itu djuga, hal. 93).

Berbitjara tentang materialisme historis sebagaimana dirumuskan dalam Manifes Komunis Engels mengatakan:

"… produksi ekonomi dan susunan masjarakat setiap zaman sedjarah jang tidak boleh tidak mesti timbal daripadanja, merupakan dasar sedjarah politik dan intelek zaman itu ; …. karena itu (sedjak hantjurnja pemilikan bersama primitif atas tanah) seluruh sedjarah adalah sedjarah perdjuangan klas, sedjarah perdjuangan antara klas jang dihisap dengan jang menghisap, antara klas jang dikuasai dengan jang menguasai dalam berbagai tingkat perkembangan masjarakat; tetapi…. perdjuangaa ini sekarang telah mentjapai suatu tingkat dimana klas jang dihisap dan ditindas (proletariat) tak dapat lagi membebaskan dirinja dari klas jang menghisap dan menindasnja (burdjuasi), tanpa bersamaan dengan itu membebaskan untuk se-lama²nja seluruh masjarakat dari penghisapan, penindasan dan perdjuangan klas." (Pendahuluan pada Manifes Partai Komunis, J. "Pembaruan", tjetakan III, hal. 22).

d) Tjiri jang ketiga dari produksi jalah bahwa lahirnja tenaga² produktif jang baru dan hubungan² produksi jang sesuai dengan tenaga² produktif itu tidak terdjadi setjara terpisah dari sistim jang lama, sesudah lenjapnja sistim jang lama, tetapi didalam sistim jang lama; ia terdjadi bukan sebagai hasil aktivitet jang difikirkan dan sedar dari manusia, tetapi setjara spontan, tidak sedar, lepas dari kemauan manusia. Ia terdjadi setjara spontan dan lepas dari kemauan manusia karena dua sebab.

Pertama, karena manusia tidak bebas untuk memilih satu atau lain tjara produksi, karena pada saat tiap generasi baru memasuki kehidupan ia mendjumpai tenaga² produktif dan hubungan² produksi jang sudah ada sebagai pekerdjaan generasi² jang dulu, berhubung dengan itu ia mula² harus menerima dan menjesuaikan dirinja dengan semua jang sudah djadi dalam lapangan produksi supaja bisa menghasilkan nilai² materiil.

Kedua, karena, pada waktu memperbaiki satu atau lain perkakas produksi, satu atau lain elemen tenaga²' produktif, manusia tidak sedar, tidak mengerti atau tidak memikirkan akibat² sosial apa jang akan dibawa oleh perbaikan² ini, tetapi hanja memikirkan kepentingan² mereka se-hari², bagaimana meringankan kerdja mereka dan memperoleh beberapa manfaat jang Iangsung dan njata bagi mereka sendiri.

Ketika beberapa aagggota masjarakat komune primitif, dengan ber-angsur² dan me-raba², beralih dari pemakaian perkakas² batu ke pemakaian perkakas² besi, mereka, sudah tentu, tidak mengetahui dan tidak memikirkan akibat² sosial apa jang akan dibawa oleh pembaruan ini; mereka tidak mengerti atau menginsjafi bahwa perubahan ke-perkakas² logam berarti suatu revolusi dalam produksi, bahwa ia pada achirnja akan menudju ke sistim pemilikan-budak. Mereka hanja mau meringankan kerdja mereka dan memperoleh manfaat jang langsung dan njata; aktivitet mereka jang setjara sedar hanja terbatas dalam lingkungan² jang sempit dari kepentingan perseorangan se-hari² ini.

Ketika dalam masa sistim feodal, burdjuasi Eropa jang masih muda mulai mendirikan, di samping bengkel² pertukangan gilda jang ketjil, fabrik² besar, dan dengan demikian memadjukan tenaga² produktif masjarakat, mereka sudah tentu tidak tahu dan tidak memikirkan akibat² sosial apa jang akan dibawa oleh pembaruan ini; mereka tidak sedar atau mengerti bahwa pembaruan jang "ketjil" ini akan menimbulkan penghimpunan kembali kekuatan² sosial jang mesti akan berachir dengan revolusi baik terhadap kekuasaan radja², jang karunia²nja sangat mereka hargai, maupun terhadap kaum bangsawan, ke dalam barisan siapa wakil² mereka jang terkemuka tidak djarang sangat ingin memasukinja. Mereka hanja ingin menurunkan ongkos produksi barang², membandjiri pasar² Asia dan Amerika jang baru sadja diketemukan dengan barang-barang dalam djumlah jang lebih besar, dan memperoleh keuntungan-keuntungan jang lebih besar. Aktivitet mereka jang sedar terbatas dalam lingkungan² jang sempit dari tudjuan praktis se-hari² jang biasa ini.

Pada waktu kaum kapitalis Rusia, ber-sama² dengan kaum kapitalis asing dengan sekuat tenaga mendirikan industri mesin modern jang besar² di Rusia, dengan membiarkan tsarisme tetap utuh dun menjerahkan kaum tani pada belas-kasihan tuantanah², mereka sudah tentu tidak mengetahui dan tidak memikirkan akibat² sosial apa jang akan dibawa oleh pertumbuhan jang luas dari tenaga² produktif ini; mereka tidak sedar atau mengerti bahwa lompatan jang djauh ini dalam dunia tenaga² produktif masjarakat akan menimbulkan penghimpunan kembali kekuatan² sosial jang akan memungkinkan proletariat menggalang persatuan dengan kaum tani dan menimbulkan revolusi Sosialis jang menang. Mereka hanja ingin memperluas produksi industri sampai kepada puntjaknja, menguasai pasar dalam negeri jang besar, mendjadi kaum monopolis, dan memeras laba sebanjak mungkin dari ekonomi nasional. Aktivitet mereka jang sedar tidak melewati batas kepentingan² mereka jang sangat praktis dan biasa.

Sesuai dengan ini, Marx mengatakan:

"Dalam produksi sosial jang dilakukan oleh manusia (jaitu, dalam memproduksi nilai² materiil jang diperlukan untuk hidup manusia-Red.) mereka memasuki hubungan² tertentu jang tidak boleh tidak dan tidak bergantung [Kursif dari Red.] pada kemauan mereka; hubungan² produksi ini sesuai dengan tingkat perkembangan tertentu dari kekuatan² produksi materiilnja". (Karl Marx, Pilihan Tulisan², Edisi Inggris, Moskow 1946, Djilid I, halaman 300).

Akan tetapi ini tidak berarti bahwa perubahan² dalam hubungan² produksi, dan peralihan dari hubungan² produksi jang lama ke hubungan² produksi jang baru berlangsung dengan lantjar, tanpa bentrokan², tanpa pergolakan². Sebaliknja, peralihan sematjam itu biasanja terdjadi dengan djalan penggulingan hubungan² produksi jang lama setjara revolusioner dan pembentukan hubungan² produksi jang baru. Sampai pada masa tertentu perkembangan tenaga² produktif dan perubahan² di bidang hubungan² produksi berlaku dengan spontan, tidak bergantung pada kemauan manusia. Tetapi jang demikian ini hanja sampai pada saat tertentu, sampai tenaga² produktif jang baru dan jang sedang berkembang mentjapai keadaan jang tjukup matang. Setelah tenaga² produktif jang baru matang, maka huhungan² produksi jang ada beserta pendukung²nja-klas² jang berkuasa-mendjadi rintangan jang "tidak bisa diatasi" jang hanja bisa disingkirkan oleh aksi jang sedar dari klas² baru, oleh tindakan² kekerasan dari klas² ini, oleh revolusi. Di sini menondjol dengan djelas sekali peranan jang besar dari ide² sosial baru, dan badan² politik baru, dari kekuasaan politik baru², jang tugasnja jalah menghapuskan dengan kekerasan hubungan² produksi jang lama. Dari bentrokan antara tenaga² produktif jang baru dan hubungan² produksi jang lama, dari kebutuhan² ekonomi jang baru dari masjarakat, lahirlah ide² sosial baru; ide² jang baru mengorganisasi den memobilisasi massa; massa mendjadi terpadu di dalam suatu tentara politik baru, mentjiptakan suatu kekuatan revolusioner jang baru dan menggunakannja untuk menghapuskan dengan kekerasan sistim hubungan² produksi jang lama, dan untuk dengan teguh mendirikan sistim baru, proses perkembangan jang spontan memberi tempat kepada aksi jang sedar dari manusia, perkembangan setjara damai kepada pergolakan jang hebat, evolusi kepada revolusi.

"Proletariat", kata Marx, "selama perbandingannja dengan burdjuasi terpaksa, karena tekanan keadaan, mengorganisasi dirinja sebagai klas dengan djalan revolusi, ia mendjadikan dirinja klas jang berkuasa, dan, sebagai klas jang berkuasa, menghapuskan dengan kekerasan hubungan² produksi jang lama". (Manifes Partai Komunis, J. "Pembaruan", tjetakan III, hal. 81).

Dan selandjutnja:

"Proletariat akan menggunakan keunggulan politiknja untuk merebut, dengan ber-angsur², semua kapital dari burdjuasi, untuk memusatkan semua perkakas produksi ke dalam tangan negara, jaitu, ke dalam tangan proletariat jang terorganisasi sebngai klas jang berkuasa, den untuk meningkatkan keseluruhan tenaga produktif setjepat mungkin". (Dalam buku itu djuga, halaman 129).

* "Kekerasan adalah bidan bagi setiap masjarakat lama jang hamil dengan masjarakat baru". (Karl Marx, Kapital, Djilid 1, halaman 776).

Dibawah ini adalah formulasi jang brilian dari hakekat materialisme historis jang diberikan oleh Marx pada tahun 1859 dalam Kata Pendahuluannja jang bersedjarah pada bukunja jang terkenal, Kritik atas Ekonomi Politik:

"Dalam produksi sosial jang dilakukan oleh manusia, mereka memasuki hubungan² tertentu jang tidak boleh tidak dan jang tidak bergantung pada kemauan mereka; hubungan² produksi ini sesuai dengan tingkat perkembangan tertentu tenaga² produksi materiilnja. Djumlah seluruhnja dari hubungan² produksi ini merupakan susunan ekonomi masjarakat-dasar jang sesungguhnja, di atas mana timbullah suatu susunan-atas juridis dan politik dan dengan mana bentuk² kesedaran sosial jang tertentu bersesuaian. Tjara produksi dalam kehidupan materiil menentukan proses kehidupan sosial, politik dan intelek pada umumnja. Bukanlah kesedaran manusia jang menentukan keadaan mereka, akan tetapi sebaliknja, keadaan sosial merekalah jang menentukan kesedaran mereka. Pada tingkat tertentu perkembangannja, tenaga² produktif materiil dalam masjarakat berbentrokan dengan hubungan² produksi jang ada, atau-ini hanjalah suatu istilah hukum untuk maksud jang sama--dengan hubungan² milik di dalam mana mereka (tenaga² produktif materiil itu) telah bergerak selama ini. Dari bentuk² perkembangan tenaga² produktif hubungan² ini berubah mendjadi belenggunja. Maka mulailah zaman revolusi sosial. Dengan berubahnja dasar ekonomi, maka seluruh bangunan-atas jang mahabesar itu berubah dengan lebih atau kurang tjepat. Dalam menindjau perubahan² jang demikian itu harus selalu diadakan perbedaan antara perubahan materiil dari sjarat² produksi ekonomi jang bisa ditentukan dengan tepat menurut ilmu alam, dan bentuk² hukum, politik, keagamaan, estetika atau filsafat-pendeknja, bentuk² ideologi dalam mana rnanusia mendjadi sedar akan bentrokan ini dan berdjuang menjelesaikannja. Sebagaimana pendapat kita tentang seseorang tidaklah didasarkan atas apa jang dia fikirkan tentang dirinja sendiri, demikian djugalah kita tidak bisa menetapkan pendapat kita mengenai masa perubahan jang demikian itu menurut kesedarannja sendiri; sebaliknja, kesedaran ini harus diterangkan terutama dari kontradiksi² kehidupan materiil, dari bentrokan jang ada antara tenaga² produktif sosial dan hubungan² produksi. Tidak pernah ada susunan sosial jang lenjap sebelum semua tenaga² produktif, jang mempunjai tempat di dalamnja, telah berkembang; dan hubungan² produksi baru jang lebih tinggi tidak pernah lahir sebelum sjarat² materiil dari pada hidupnja telah masak di dalam kandungan masjarakat jang lama itu sendiri. Karena itu umat manusia selalu menentukan sebagai tugasnja hanja apa jang ia bisa petjahkan; sebab djika ditindjau persoalan itu lebih teliti lagi, kita akan selalu melihat bahwa tugas itu sendiri timbul hanja djika sjarat-sjarat materiil jang diperlukan untuk pemetjahannja ada atau se-kurang²nja berada dalam proses sedang mendjadi". (Karl Marx, Pilihan Tulisan², Edisi lnggris, Moskow 1946, Djilid I, halaman 300 - 301).

Demikianlah materialisme Marxis kalau dikenakan pada kehidupan sosial, pada sedjarah masjarakat.

Demikianlah tjiri² pokok daripada materialisme dialektis dan historis.

copied from: http://www.geocities.com/nurrachmi/marxism/mdh.html


0 komentar:

 
© Copyright by HIPPMAP Online  |  Template by Blogspot tutorial