Selamat Datang Adik-adik Calon Mahassiswa Baru di Kota Daeng...Selamat Bergabung Bersama HIPPMAP-Makassar...

Minggu, 05 April 2009

SINKRONISASI PEMIKIRAN TAN MALAKA DALAM TRADIRI NUSANTARA; UPAYA NETRALISASI ATAS STIGMA KOMUNISME BUTA TAN MALAKA

Oleh: M. Khoiri

PENGANTAR

A. Latar Belakang Masalah

Coba kita sesekali bertanya kepada masyarakat umum yang awam mengenai wawasan tokoh-tokoh pemikir bangsa kita era kemerdekaan. Mungkin sangat kecil kemungkinan mereka akan menyebutkan Tan Malaka sebagai salah satu bagian penting dari pejuang kemerdekaan dan sekaligus pemikir. Tidak heran hal ini terjadi karena memang dengan penuh kesengajaan disinyalir ada upaya memutuskan secara total kebersambungan sejarah perjuangan dan pemikiran para tokoh kemerdekaan Indonesia yang jauh dari nuansa ideologi komunis. Dan Tan Malaka merupakan salah satu sosok yang dianggap sebagai cikal bakal berkembangnya ideologi Marxis-komunis.

Sungguh ini adalah suatu diskriminasi yang berbahaya bagi kelangsungan peradaban pemikiran di Indonesia . Kalau yang dianggap komunis itu adalah seorang kafir yang tidak ber-Tuhan, maka kita menjauhi semua yang berkaitan dengannya. Lebih-lebih pola pikirnya yang dianggap akan mereacuni generasi muda dan masyarakat pada umumnya yang akan merusak kemapanan tradisi yang telah ada.

Bermula dari hal itu, penulis mencoba mengkaji melalui referensi pustaka untuk mengangkat nama Tan Malaka sebagai obyek kajian penulis dan memenuhi tugas mata kuliah Kapita Selekta Filsafat Timur. Sebagai upaya penyeimbang dan informasi untuk lebih mendekatkan sosok Tan Malaka kedalam alur pikir generasi muda kita sekaligus sebagai paksaan bagi penulis untuk lebih mengetahui profil Tan Malaka secara mendalam.

Disamping itu, penulis juga berupaya mencari sinkronisasi pemikiran Tan Malaka atas tradisi Nusantara sebagai upaya netralisasi stigma “Komunis-Buta” Tan Malaka. Hal ini sebagai penegasan bahwa ia adalah seorang pejuang yang berjiwa Nasionalisme tinggi. Ia berfikir dengan landasan pemikiran secara total atas ranah Nusantara, namun metode berfikirnya saja ia memakai logika pemikir-pemikir barat Marxis secara khusus sebagai obyek formalnya.

B. Rumusan Masalah

Penulis tertarik untuk membahas lebih dalam dengan menelusuri kesinkronan Pemikiran Tan Malaka Dalam Tradisi Nusantara sebagai Upaya untuk menetralisasi atas stigma Komunisme-Buta Tan Malaka, bukan semata-mata membuat judul yang sensasional, melainkan selama ini belum banyak yang tahu secara sistematis mengenai latar belakang kehidupan Tan Malaka dan aspek-aspek apa yang mempengaruhi pembentukan pola pikirnya sehingga ia menjadi salah satu tokoh sosialis-komunis terkemuka di Indonesia. Mengingat ia lahir dari ranah Minang yang menjadi salah satu pintu masuk tersebarnya ajaran islam di Indonesia . Minang juga merupakan daerah yang telah melahirkan tokoh-tokoh pemikir besar Islam semisal HAMKA, Agus Salim, Natsir, dal lain-lainnya. Bahkan dalam perkembangan terakhir, kontroversi muncul dengan rencana dikeluarkannya peraturan perempuan dilarang keluar malam lewat pukul 22.00 WIB. Itu adalah sebagai bukti masih melekatnya ajaran Islam secara kuat dalam kehidupan masyarakat Minang.

Pokok bahasan yang akan penulis tuangkan dalam paper ini, mengapa Tan Malaka bisa berpikir sebegitu ekstrimnya dengan menjadi tokoh sosialis-komunis yang secara kultur dan akidah agama yang ia yakini bertentangan dengan ajaran Islam. Bukankah Tan adalah sosok islam yang taat pada masa kecilnya? Penulis juga akan membahas secara historis pokok pemikiran Tan Malaka yang menjadi landasan inspirasi Tan dalam berpikirnya. Adanya interaksi antara MADILOG dengan tradisi Nusantara dengan begitu banyak ragam budaya dan kuatnya pengaruh agama sebagai bukti bahwa Tan Malaka bukanlah sosok penganut Marxis sejati. Disamping itu, penulis juga akan membahas perbedaan antara komunis yang dirintis Karl Marx dan menjadi kiblat kaum marxis dunia dengan komunis yang dibangun Tan Malaka dengan objek ke Indonesiaan. Baik secara ideology maupun dalam konteks perpolitikan.

C. Tujuan dan ruang lingkup pembahasan

Secara ideal penulisan paper ini bertujuan untuk membahas secara spesifik profil Tan Malaka dan kesinkronan dalam membentuk pola pikirnya sebagai upaya alternatif dalam menganalisis sosoknya. Judul paper ini juga sebagai upaya untuk membuktikan bahwa Tan Malaka bukanlah sosok sosialis-komunis murni Marxis yang tidak berTuhan yang bertentangan dengan akidah islam dan anti-Nasionalisme . Sekaligus juga paper ini sebagai upaya pencitraan mengenai Tan Malaka yang lebih menjunjung tinggi nilai-nilai beragama dan keagungan budaya Nusantara serta sosoknya yang agamis pula. Hal ini dilatarbelakangi persepsi penulis bahwa telah muncul sikap apatisme dan kebencian dengan segala yang berkaitan dengan sosialisme-komunis secara membabi-buta.

Jadi, sekiranya telah cukup jelas mengenai ruang lingkup pokok bahasan penulisan paper ini sesuai argument yang telah dijabarkan diatas. Yaitu relasi latar belakang kehidupan Tan Malaka dan pemikirannya kaitannya dengan landasan tradisi Nusantara yang mempengaruhinya. Semoga dalam penulisan paper ini tidak ada halangan apapun dan bermanfaat bagi semua.

PEMBAHASAN

A. Sekilas Riwayat hidup

Dalam catatan sejarah kelahiran Tan Malaka masih terdapat perbedaan-perbedaan mengenai tanggal, tahun lahirnya namun dengan catatan ia masuk sekolah rendah tahun 1903. jadi diasumsikan Tan Malaka lahir pada 02 Juni 1897 di desa Pandan Gadang Sumatera Barat. Nama lengkapnya Ibrahim Datuk Tan Malaka sebuah nama khas Minang yang kental dengan tradisi islamnya. Ia bisa dikategorikan sebagai slah satu dari tokoh-tokoh besar bangsa Indonesia sejajar dengan Soekarno, Hatta, Syahrir, Moh. Yamin, dll. Perjuangannya yang revolusioner juga dibuktikannya dengan kemunculan karya-karyanya yang orisinil dan filosofis sehingga sangat berpengaruh terhadap sejarah perjuangan bangsa Indonesia . Sayangnya tak banyak penulis Indonesia dimasa kemerdekaan yang mengeksplorasi pemikirannya karena persepsi dan stigma yang negative terhadapnya. Namun Tan Malaka tetaplah sosok yang tak pernah berhenti berfikir. Sumbangan pemikirannya akan menjadi refleksi bagi perenungan kita dimasa sekarang dan akan datang untuk terus melanjutkan cita-cita perjuangan bangsa Indonesia .

Mulai tahun 1913 dan sampai enam tahun kemudian ia tercatat sebagai siswa Rijks Kweekschool di Haarlem, Nederland . Ia terkenal sebagai murid yang cerdas, periang dan kreatif. Dari sinilah degup nadi tiupan semangat revolusioner mulai terbangun. Di sana ia mempelajari pemikiran filsuf-filsuf dunia seperti Nietsche, Karl Marx, Engels. Bahkan ia sempat mendaftar sebagai calon tentara Jerman dalam era perang dunia I. Tan Malaka kembali ke Indonesia pada tahun 1919 dan mendaftarkan diri sebgai guru bagi kaum kuli dipekebuanan Senembah May di Tanjung Morawa. Ia merasakan betapa kejamnya korporasi kapitalis mengeksploitasi pekerja kuli kontrak di sana . Akhirnya pada tahun 1921 ia diangkat menjadi ketua PKI setelah ia pindah ke Jawa pada tahun yang sama. Dan pergulatan politik nasional dimulai dari sini. Banyak terjadi insiden yang mengharuskan ia diasingkan beberapa kali dan ia kerap pergi keluar negeri ketika suasana menjadi panas tidak kondusif dalam iklim politik. Ia termasuk tokokh yang tidak suka perpecahan dalam kelompok masyarakat poltik.

Dan ia meninggal dunia pada tahun 1949 tepatnya bulan februari ia gugur hilang tak tentu rimbanya, mati tak tentu kuburnya ditengah-tengah perjuangan mempertahankan proklamasi. Menurut versi hasil penyelidikan Partai Murba, tanggal 19 Februari 1949 Tan Malaka dibunuh oleh tentara regular “Macan Kerah” dari Brigade”S” dibawah pimpinan Letkol surachmad di desa Pethok, Kediri dan mayatnya dibuang ke sungai Brantas dan tidak pernah ditemukan .

B. MADILOG Sebagai Refleksi Filosofis Atas Iklim Ke-Indonesia-an

Memang ada banyak karya-karya yang telah dihasilkannya diantaranya : Naar de Replubik Indonesia (1925), Dari Penjara ke Penjara, Gerpolek (Gerakan Politik Ekonomi), dan MADILOG. Sebenarnya masih ada karangan-karangan lain yang kritis namun tulisan yang populer dikalangan umum yang tertulis diatas tersebut. Namun, untuk memahami pemikiran Tan Malaka tidaklah harus tahu dan paham semua karya-karyanya. MADILOG telah cukup merepresentasikan secara filsafati dan logis pemikiran Tan Malaka dan refleksi dalam ranah ke-Indonesi-an. Ia menyimpulkan dengan tegas bahwa masyarakat Indonesia dari dahulu sampai sekarang masih dalam terkungkung yang ia sebut sebgai “riwayat perbudakan” .

Dalam melihat fenomena yang terjadi terhadap bangsa Indonesia , pemikiran Tan Malaka tidak hanya merunut kultur penyebabnya melainkan sekaligus menunjuk bagaimana kita bias keluar dari penjajahan colonial. Menurutnya hakikat penyebabnya adalah kungkungan sisten kapitalis-kolonialis-dan feodalis.

Ada dua masalah bangsa Indonesia yang diprihatinkan Tan Malaka dengan pisau tajam realisnya yaitu : (10 mengapa bangsa Indonesia dijajah begitu lama, (2) bagaimana bisa mandiri sebgai banngsa setelah mengenyahkan penjajah dan bagaimana cara mengenyahkannya?. Analis Tan Malaka disini tidak hanya berhenti pada system kolonialisme ekonomis yang mencengkeram Indonesia , tetapi system feodalisme telah lebih dahulu menjajah bangsa ini dalam mentalitsnya. Feodalisme telah melahirkan dan menyuburkan mental budak, mental kuli bangsa ini yang takut berpikir, pasif, dan menyerah pada nasib. Mental semacam ini memudahkan mereka percaya pada tahayul sehingga gampang dimanipulasi mereka yang rasional dan pintar. Oleh karena itu, tidak cukup hanya revolusi fisik nasional. Mesti dilambari revolusi cara berpikir dan mengartikan realitas secara baru, dan inilah pokok kerangka “Madilog”-nya yang terkenal itu. Kombinasi yang keluar nantinya adalah visi kenegaraan dalam ideologi massa dan strategi politik yang kontekstual .

MADILOG mengajak dan memperkenalkan kepada bangsa Indonesia cara berpikir ilmiah bukan secara kaji atau hafalan, bukan dogmatis dan doktriner. MADILOG bisa dikatakan terobosan pemikiran baru mengenai cara berpikir, dengan menghubungkan ilmu bukti serta mengembangkan dengan jalan dan metode yang sesuai dengan akar dan urat kebudayaan Indonesia .

Semua karya Tan Malaka dan permasalahannya dimulai dengan Indonesia . Konkritnya rakyat Indonesia , situasi dan kondisi nusantara serta kebudayaan, sejarah lalu diakhiri dengan latar belakang sejarahnya bukanlah cara berpikir yang teks book.

Didalam karya MADILOGnya, Tan malaka mengkritik logika mistik . ia berpendapat bahwa inti ajaran agama bukanlah pada kegaiban, yakni pengharapan surga dan neraka. Seharusnya dengan berkembangnya akal budi manusia, beragama tidak lagi didasarkan pada kenikmatan surga dan kesengsaraan neraka. Tan Malaka juga mengkriyik penjungkirbalikan agama. Yakni, ajaran kegaiban yang pada awalnya sebagai iming-iming agar manusia mengikuti ajaran nabi, namun sekarang diletakkan sebagai yang utama. Dikarenakan kritikan Tan Malaka yang berani seringkali ia dicap sebagai anti agama, kafir, murtad. ia dilahirkan dari keluarga muslim yang taat. Bahkan saat ibunya sakit, ia sempat memnbaca surat yasin berulang-ulang. Ia pun terlihat begitu mendalam dan sungguh-sungguh mempelajaridan menguasai islam baik dari segi teologi, histories, dan syariat. Bahkan ia kontekstual dan implementatif dalam berpikir mengenai keislaman di Indonesia .

Pemikiran Tan Malaka amat berbeda dengan Marx atau Lenin karena ia menempatkan agama sebagai sesuatu yang un matter tetapi dengan jalan tak langsung MADILOG dapat menerangkan agama seperti obor listrik yang berdiri diluar dan tidak memasuki benda itu seluruhnya. Tan juga berpendapat masyarakat kita dari dulu ampai sekarang secara sosiologis maupun antropologis tak mungkin menjadi materialis seperti yang dialami barat yang otomatis marxisme adalah turunannya. Masyarakat Indonesia adala masyarakat yang selalu percaya akan adanaya kekuatan lain diluar dirinya yang menguasai alam serta isinya dan ini bersifat gaib. Hal itu ditunjukkan oleh Tan Malaka melalui berbagai kepercayaan, seperti animisme, dinamisme, dan agama Hindu, Budha, Kristen, Islam juga yang bermunculan dan dianut penduduk Nusantara.

Selain itu, Tan Malaka juga menggaris bawahi bahwa penggunaan teori revolusi Marx hanyalah sebagai metode bukan sebagai dogma. Oleh karena itu, Marxisme bagi Tan Malaka harus dipahami dalam kerangka teoritis dan penerapannya amat tergantung pada kondisi masyarakat dimana ia tinggal. Ini dinyatakannya bahwa yang penting dari Marxisme adalah penerapan metode Marx berpikir, bukan menjalankan hasilnya cara berpikir.

Sikap anti dogmatis dalam berfikir terlihat jelas dari pemahamannya terhadap materialisme yang menurutnya berlainan dengan filsafat materialisme yang menurutnya berlainan dengan filsafat materialisme yang ada dibarat, seperti yang ditulisnya didalam MADILOG. Kalau filsafat materialisme dibarat menganggap bahwa segala sesuatu yang ada didunia ini berasal dari benda (matter), maka sesuatu yang bukan benda (un matter) dan tidak masuk akal/tidak rasional walaupun secara fakta ada, akan dianggap sebagai sesuatu yang tidak ilmiah dan harus ditolak. Namun, menurut Tan Malaka, dasar dan aksioma materialisme barat tidak cocok diterapkan di Indonesia . Bagi Tan Malaka sekalipun sesuatu belum dapat diterangkan tetapi kalau fakta sebagai lantainya ilmu bukti itu ada secara konkrit, maka ia bersedia menerimanya sebagai bukti. Oleh karena itu, materialisme dalam pandangan Tan Malaka merupakan cara berpikir yang realistis, pragmatis , dan fleksibel. Karena perbedaan aksioma dalam memahami materialisme inilah yang membuat Tan Malaka dalam melihat materialisme-dialektis berlainan dengan yang dipahami Marx dan Engels. Inilah yang menjadi identitas Tan Malaka yang dengan tegas menyatakan percaya pada agama yang sebenarnya un matter.

Dari hal tersebut diyakini bahwa Tan Malaka berpendapat masyarakat Indonesia dari dahulu sampai sekarang, secara sosiologis maupun antropologis tidak mungkinmenjadi masyarakat materialis seperti yang dialami dibarat, yang otomatis Marxisme adalah turunannya. Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang selalu percaya akan adanya kekuatan lain diluar dirinya, yang menguasai alam serta isinya dan ini bersifat gaib. Disamping itu sepanjang sejarah, masyarakat Indonesia tidak pernah mengalami sekulerisasi pemikiran, karena upaya untuk melepaskan pengaruh adiduniawi terhadap duniawi secara tegas, seperti yang ditunjukkan barat tidak pernah terjadi. Tan Malaka beranggapan masyarakat Indonesia tidak mungkin tidak ber-Tuhan. Inilah kerumitan pemikiran Tan Malaka dan sekaligus kelebihannya, mengaku seorang komunis dan materialis sekaligus ber-Tuhan. Namun inilah originalitas dari pemikiran Tan Malaka, dari tulisannya terlihat sadar bahwa bangunan kejiwaan masyrakat Indonesia tidak mungkin dapat menerima filsafat materialisme barat, yang marxisme adalah turunannya.

Revolusi Dan Nasionalisme

Murbaisme adalah formula tepat bagi keyakinan politik Tan Malaka. Hal itu ditunjukkan ketika revolusi Indonesia bergolak Tan malaka tetap berpendapat, ini adalah revolusi nasional Indonesia dan tidak ada hubungannya dengan perlawanan terhadap facisme, seperti yang dipropagandakan oleh kaum komunis. Dalam konteks tersebut revolusi nasional dilihat semata-mata sebagai bentuk perlawanan terhadap imperialisme Belanda. Namun kaum komunis Indonesia tidak berdiri diatas itu, bagi mereka facisme jepang hanyalah merupakan satu tahap dari perkembangan kapitalisme, untuk itu facisme harus diperangi. Bagi Tan Malaka sikap facisme buta adalah bentuk ke-tidaknasionalisme-an. Bagi Tan Malaka revolusi Indonesia memiliki dua sisi, revolusi nasional adalah bingkainya dan revolusi social adalah isinya. Jadi revolusi Indonesia tidaklah berhenti pada revolusi politik semata-mata, naumn harus dilanjutkan dengan emansipasi social sebagai kelanjutan revolusi tersebut.

Melaui MADILOGnya pula, bisa ditunjukkan bahwa Tan Malaka berusaha mensintesakan Marxisme dalam konteks ke-indonesia-an, dengan melacak akar-akar kebangsaan dan kebudayaan masyarakat untuk kemudia diselaraskan dengan keyakinan politiknya, yaitu Murbaisme. Murbaisme dengan demikian tidak sama dengan komunisme. Atau lebih enaknya dikatakan Marxis-Nasionalis.

Ia memiliki cirri kgas dalam menuangkan ide-ide nasionalisme, yang membedakannya dengan tokoh-tokh yang lain.dalam pemikirannya terdapat konvergensi anatara ideology Marxisme, yang sebenarnya bersifat internasionalis dan mengedepankan solidaritas kaumburuh sedunia, tanpa dibatasi rasa kebangsaan, dengan ideology nasionalisme yang memiliki cirri khas pada nation state.

Disamping itu, dalam MADILOG ia juga memperlihatkan penghargaannya terhadap islam. Islam sangat mempengaruhi pola pikir dan perilakunya. Islam diakuinya sebgai penerang obor dalam hidupnya. Selanjutnya kalau ia dikatakan seorang komunis, tetapi mengapa ia begitu menekankan aspek persatuan diantara sesama warga bangsa apapun afiliasi politik maupun ideologinya, mengapa ia tidak berjuang untuk perjuangan kelas yang menjadi bagian penting dalam teori Marxis-Leninis. Dan yang lebih mencolok lagi adalah mengapa ia ber-Tuhan?, hal itu dibuktikannya ketika ibunya sakit, ia sempat berulang-ulang melantunkan bacaan surat yasin dalam al-qur'an.

Refleksi Historis Indonesia ; sebuah pencarian jati diri

Bagi Tan malaka perjalanan sejarah terjadi karena adanya pikiran yang rasional. Sejarah harus bergerak naik untuk menyempurnakan masyarakat, tanpa siklus pergerakan dalam perkembangan sejarah mustahil sebuah masyarakat akan berkembang bahkan statis dan kemunduranlah yang akan dialaminya. Melalui MADILOG pula ia menjelaskan konsep Indonesia masa depan sebagai sebuah cita-cita mulia.

Sebnarnya uraian yang digagas Tan Malaka sudah ada sejak dulu, pada masa awal dalam sejarah bangsa Indonesia asli terdapat cara berfikir yang rasional dan dinamis. Bangsa Indonesia berasal dari daerah Mongolia dan Yuanan (Cina). Waktu menjelang sejarah mereka sampai kepulauan Asia Tengah hingga sampai masuk ke Indonesia . Perantauan ini sebagai hal yang positis dalam menembangkan peradaban masyarakat Indonesia . Nilai-nilai Indonesia asli dalam batas tertentu sampai sekarang masih terlihat di Minangkabau tempat ia lahir.islam didaerah ini dilihatnya sebagai usaha untuk tetap mempertahankan nilai-nilai Indonesia asli. Nilai-nilai dinamis islam telah menyatu dengan masyarakat Minangkabau, penekanan islam pada pentingnay cara berfikir yang dinamis dan rasional ini amat sesuai dengan nilai-niali Indonesia asli.

Selanjutnya setelah kedatangan Hindu, bagi Tan ini adalah masa kegelapan. Karena logika mistika yang tidak berdasarka kenyataan dan pengalaman, hilang fakta, hilang bukti, hilang kebebasan nilai. Karena kedatangan Hinduisme ini, dipakailah logika-logika mistik yang menggeser cara berfikir dinamis. Dalam masyarakat Hindu, penjajahan Belanda dengan lengangnya dapat dijalankan. Pemerintah Belanda memanfaatkan keaddan ini sebagai kesempatan menduduki tanah Indonesia asli tanapa perlawanan dengan memberikan akses dan fasiltitas yang baik. Keadaan ini tidak lagi mencerminkan Indonesia yang energik dan dinamis. Bahkan kalau kita mengaca dari sini, samapai sekarang rakyat Indonesia masih sangat bergantung pada bantuan dari luar dirinya. Bagi Tan Malaka pengaruh Hindu dan Imperialisme belandalah yang mengakibatkan kemunduran Indonesia asli. Sikap anti Hindu-Belanda harus dipahami sebagai kerangka berfikir MADILOG. Bagi Tan Malaka, Islam diakuinya sebagai penggunaan cara berfikir MADILOG seperti masyarakat Indonesia asli yang berfikir realistis dan dinamis. Islam menurutnya berfikir melangit tetapi selalu membumi. Ijtihad dalam islam adalah sebuah jalan melihat fenomena dan gejala alam melalui pengamatan. Dalam islam keselarasan antara akal atau rasionalitas yang berpuncak pada science, selalu dijaga keseimbangannya dengan suara hari yang merupakan manifestasi dari iman. Dan juga tidak menimbulkan sikap atheisme karena akal yang melampaui iman. Al-qur'an selalu menekankan keseimbangan antara keduanya dan banyak nash-nash yang menunjukkan hal itu.

Kemudian hal terpenting dari islam, seperti yang dinjukkan oleh Tan Malaka adalah islam memberikan kemajuan bagi bangsa Eropa. Lewat islamlah ilmu penegetahuan dapat dijembatani dari masa Yunani-Romawi kemasa sekarang, sebab eropa pada abad pertengahan sebagai abad kegelapan, yaitu pada masa berlakunya zaman skolastik Kristen dimana dominasi dogma mengalahkan akal. Baghdad menjadi pusat pengetahuandi dunia dan lewat sanalah transfer ilmu pengetahuan ke eropa berlangsung besar-besaran. Zaman keemasan islam dipelopori oleh maum mu'tazilah sebgai kaum meterialisme-dialektis. Islam bagi Tan Malaka mempunyai doktri ke-Tuhanan yang sesuai dengan hokum logika.

KESIMPULAN

Hal yang patut kita refleksikan adalah mengapa mayoritas masyarakat kita yang islam terbesar sampai detik ini tetap mengalami masa-masa perkembangan yang sulit?. Apa yang salah dalam perkembangan peradaban Indonesia ?. Tan Malaka telah membeberkan aspek-aspek baik secara histories, rasionalistis, dan dinamis. Sekiranya perlu kita meniilk kembali pemikirannya dan gagasannya. Dan stigma komunisme buta saya kira tidak lagi relevan kita jalankan mengingat kita sat ini memang benar-benar membutuhkan sumbangan pemikirannya.

Dan yang paling penting bagi kita sebagai akademisi adalah membuka dan mengeksplor kembali pemikiran Tan Malaka kepada orang lain untuk didiskusikan. Karena dengan hal itu mungkin akan lebih baik dan implementatif.

Referensi :

• Angineer-Ali, Asghar. 2003. Islam dan Teologi Pembebasan (Diterjemahkan oleh Agung Prihantoro), Yogyakarta : Pustaka Pelajar,

• Bertens, K. 2001. Sejarah Filsafat Barat Kontemporer Prancis, Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama,

• Ghofur-abdul, Waryono. 2005. Tafsir Sosial, Yogyakarta : eLSAQ Press,

• Malaka, Tan. 1999. MADILOG, MAterialisme-DIalektika-LOGika , Jakarta : Pusat data Indikator

• Magnis-Suseno, Frans. 1999. Pemikiran Karl Marx, Dari Sosialisme Utopis ke Perselisihan Revisionisme , Jakarta : Gramedia, Sutrisno, Mudji, DKK. Sejarah Filsafat Nusantara-Alam Pikiran Nusantara , Yogyakarta ; Galang Press, 2005

• Mints, S., Jeanne. 2003. (Diterjemahkan loh Zulhilmi Yasri), Muhammad-Marx-Marhaen, Yogyakarta : Pustaka Pelajar,

• Rambe, Safrizal. 2003. Pemikiran Politik Tan Malaka , Togyakarta : Pustaka Pelajar,

• Shihab, Quraish. 2003. 2005. Membumikan al-Qur'an , Bandung : Mizan Pustaka,

Baca buku Pemikiran Politik Tan Malaka karangan Safrizal Rambe, Pustaka Pelajar,2003, Hlm : 53-54.

Ibid, hlm : 87.

Lihat buku Sejarah Filsafat Nusantara karangan Mudji sutrisno, Galang Press, 2005, hlm : 17-18.

copied from: http://jurnalmahasiswa.filsafat.ugm.ac.id/nus-14.htm

0 komentar:

 
© Copyright by HIPPMAP Online  |  Template by Blogspot tutorial