Selamat Datang Adik-adik Calon Mahassiswa Baru di Kota Daeng...Selamat Bergabung Bersama HIPPMAP-Makassar...

Sabtu, 14 Februari 2009

Valentine Day dan Disorientasi Makna

Dalam kehidupan keseharian kita, istilah Valentine tampaknya telah poluler dan cukup familiar, terutama di kalangan muda-mudi, bahkan kaum tua. Karena itu, tidak heran jika hari romantis yang identik dengan warna pink ini, selalu diperingati setiap tahunnya melalui rangkaian acara tertentu.

Demikian bermaknanya hari indah yang selalu dinantikan setiap insan kasmaran ini, sehingga siapapun merasa enggan melewati. Meskipun demikian, di balik suasana indah dan romantis dari peringatan tradisi yang berawal dari Eropa ini, ada pihak yang justru menunjukkan sikap tidak setuju.

Sebut saja kaum fanatis agama. Dengan alasan bid�ah akan menganggap peringatan Valentine merupakan tradisi orang Barat. Bahkan dianggap sangat bertentangan secara diametral dengan kebiasaan masyarakat Timur (Islam), sehingga melarang muda mudi Islam untuk merayakan.

Tetapi bagi kalangan tertentu, tampak tidak mengaitkan tradisi ini dengan dominasi agama tertentu, melainkan tak lebih hanya sebagai ekspresi tradisi romantis. Lahirlah kondisi pro kontra dalam memaknai hari bahagia ini, yang jatuh pada setiap tanggal 14 Februari.

Akar Historis

Secara historis peringatan hari Valentine, ada yang menggangap berawal dari tradisi mengenang jasa seorang bernama Santo Valentine. Ia adalah seorang Pastor yang hidup di lingkungan kekuasaan Kaisar Cladius II di Romawi, yang notabene sangat kejam dan tanpa belas kasihan.

Dalam menjalankan kekuasaan otoriternya, pertahanan keamanan melalui angkatan perang tangguh menurutnya adalah sebuah kemutlakan. Karena itu, para pemuda adalah aset kekuasaan utama untuk dibina menjadi prajurit dan bakal tergabung dari barisan pembela negara.

Rafa�ah Badawi Rafi� at-Tahtawi dalam "Islam in Transition: Moslem Perspectives", menjelaskan bahwa bangsa Romawi pernah mewajibkan setiap pemuda yang berusia 20 tahun agar mengucapkan sumpah setia untuk membela tanah air.

Karena itu, masuk tentara pun menjadi keharusan, dan larangan kawin bagi kaum muda mudi juga diberlakukan.

Konsekuensinya, timbullah perkawinan secara tersembunyi bagi pasangan yang telah saling mencintai. Dalam kondisi seperti ini, Santo Valentine (Saint Valentino) bersama Santo Marius mengambil peran sebagai pembela dan menikahkan banyak pasangan secara diam-diam.

Segera setelah perbuatan ini diketahui oleh pihak kaisar, maka iapun lalu mendapat hukuman atas tindakannya. Bahkan menurut cerita, kepalanya dipenggal oleh algojo sang kaisar dan iapun mengembuskan nafas terakhirnya tepat pada tanggal 14 Februari.

Peristiwa kematian tersebut, kemudian dianggap sebagai momentum bersejarah yang harus diperingati. Hal ini terutama untuk mengenang jasa Santo Valentine, dalam membela pasangan kekasih dari aturan sang kaisar sekaligus membantu mewujudkan impian cinta mereka.

Ekspresi Tradisi

Perjalanan roda waktu yang relatif panjang, menyebabkan semakin kaburnya kepastian tahun kejadiannya, kecuali yang tetap teringat adalah tanggal dan bulan. Bahkan pemaknaan terhadap akar sejarah dan kecenderungan merayakannya pun beragam di masing-masing tempat.

Pada abad ke-14 dan 15 di Eropa, timbul kecenderungan memperingati hari kematian tersebut dengan rangkaian acara romantis. Biasanya digelar pesta dansa, sekaligus kesempatan bagi para pemuda untuk menyatakan cinta pada gadis pilihan yang dinyatakan melalui tulisan pada selembar kertas.

Melihat namanya tercantum pada kertas bertulis dengan model tertentu itu, maka kesempatan baginya untuk memberi respons apakah ia menolak atau menerima. Karena itu, konon banyak pasangan berhasil mewujudkan impiannya hingga ke jenjang pernikahan dan berawal dari hari yang indah ini.

Dalam perkembangan selanjutnya, isi hati di hari Valentine kemudian dinyatakan melalui surat cinta dengan aneka aksesori romantis yang melengkapi. Kemudian belakangan media yang digunakan sebagai ungkapan cinta, berubah menjadi benda menyerupai kado atau hadiah.

Kebiasaan mengungkapkan rasa cinta bertepatan dengan hari kematian Santo Valentine ini, yang bertahan hingga sekarang adalah pemberian hadiah atau kado, baik berupa benda berharga maupun jenis bunga (kembang). Modus perayaannya, biasa dilakukan melalui pesta gembira bersama.

Disorientasi Makna

Pemaknaan terhadap hari Valentine (Valentine�s day) dewasa ini, tampaknya telah mengalami disorientasi dan cenderung kehilangan makna. Dengan prinsip kesan romantis dan tanpa minat mengetahui akar historis di balik makna peringatan, umumnya mereka larut dalam ragam acara perayaan.

Bagi mereka yang berjauhan secara spasial-geografis, merayakan hari ini cukup sekadar mengirim ungkapan selamat melalui paket kado atau pemanfaatan fasilitas pesan singkat melalui SMS. Karena itu, kekuatan nilai (makna) melalui ungkapan rasa cinta lewat modus ini hanya tercermin secara simbolik.

Melalui gaya berbeda, ada yang merayakan hari Valentine ini dengan pesta bersama yang ikuti oleh beberapa pasang kekasih. Dengan menggunakan warna khas, mereka pun tampak mengenakan pakaian berwarna serba pink. Mereka pun lalu larut dalam alunan musik Barat bersama suguhan minuman keras.

Kaum pemuja Valentine lain, juga ada yang merayakan dengan setting berbeda dan lebih mementingkan kesan asmara ketimbang hiburan. Karena itu, tidak heran jika jauh sebelumnya mereka telah mempersiapkan tempat romantis untuk dijadikan taman asmara yang tentu luar biasa kesannya.

Pergaulan bebas tanpa ikatan nikah pun terjadi, sehingga norma agama seolah tak kuasa membendung. Dalam kondisi seperti ini, kesakralan Valentine�s day pun tak lebih hanya sekadar sebuah cerita sejarah yang berdiri sendiri, di samping kisah kasih asmara dengan skenario lain pula.

Konstruksi Budaya

Memperhatikan akar historis, eskpresi tradisi, dan gejala disorientasi makna dari perayaan hari Valentine tersebut, sangat menarik untuk dihubungkan dengan adanya anggapan sebagai produk agama. Bahkan cenderung dinilai sebagai paket misi tertentu, yang dikemas dalam bentuk tradisi.

Realitas menunjukkan bahwa kekuatan dan daya pikat hari romantis ini, memang telah mengakar secara integratif dengan masyarakat lintas agama. Namun perlu dipahami pula bahwa perayaannya, sama sekali tidak menunjukkan adanya unsur agama kecuali tak lebih sebagai tradisi biasa yang dilestarikan.

Penulis buku "The Structure of Social Action" (1937), Talcot Parson pernah mengatakan bahwa orientasi dan tindakan individu dipengaruhi oleh dua elemen dasar yakni orientasi motivasional dan orientasi nilai. Karena itu, tindakan dipengaruhi oleh dimensi kognitif, katektik, dan evaluatif.

Dengan demikian, kedudukan hari Valentine kurang lebih sama dengan produk teknologi dari dunia Barat yang diadopsi secara integratif oleh masyarakat dunia belahan Timur. Hal ini disebabkan oleh pertimbangan adanya nilai guna yang mendorong seseorang menggunakannya untuk mencapai tujuan.

Atas dasar pemikiran tersebut, maka perayaan hari Valentine seharusnya dipandang sebagai konstruk budaya. Sebab jika mengacu pada akar historisnya, sebenarnya peringatannya mengandung makna sakral dan romantis sehingga sering dimanfaatkan sebagai momen tepat untuk menyatakan isi hati.

Barulah kemudian pemaknaannya beragam, setelah tradisi ini berada di tangan generasi selanjutnya. Karena itu, jika hal ini dianggap sebagai tindakan yang dilarang oleh agama (Islam), sepertinya hanya karena pengaruh sensitivitas pemikiran fanatik dan prasangka buruk atas kelompok lain.

Akhirnya, dengan kacamata budaya dan pemikiran ilmiah rasional, seharusnya kita memandang perayaan hari Valentine sebagai ekspresi sebuah Great Tradition yang mendapat tempat pada masyarakat lintas budaya. Sebaliknya, tidak menganggap sebagai tradisi sesat yang bakal menjerumuskan.

Bukankah tanpa hari Valentine, pergaulan bebas dan pesta miras juga tetap menjadi kencenderungan banyak orang? Karena itu, sepanjang Valentine hanya dimaknai sebagai momentum romantis tanpa aktivitas ganda yang terlarang, maka tentu saja sepantasnya di beri tempat di tengah-tengah kita.**

Oleh: Ahmadin (Dosen Fakultas Ilmu Sosial UNM)

artikel dari: www.fajar.co.id

1 komentar:

Anonimmengatakan...

Bitcoin Casino - Welcome Bonus: 100 Free Spins + 100 Bonus
Learn how to withdraw Bitcoin using Bitcoin casino. หาเงินออนไลน์ Best Bitcoin casinos 인카지노 offer a 100% welcome bonus plus 100 extra spins, just for signing up! septcasino

 
© Copyright by HIPPMAP Online  |  Template by Blogspot tutorial