dikutip dari http://jurnal-ekonomi.org
Penalangan dana 700 miliar dollar AS ke sektor keuangan AS tidak cukup. Korporasi AS butuh lebih. Mengapa tidak cukup? Lembaga keuangan AS sudah terjebak utang-utang beracun (toxic debt).
Sektor perumahan adalah asal dari toxic tersebut. Kucuran kredit tersebut tidak bisa lagi dibayari dan membangkrutkan berbagai korporasi raksasa AS yang terjerat utang-utang.
Berapa besar utang itu? Tidak ada yang pernah tahu secara persis. Sandy Chen, analis perbankan dari Panmure Gordon, menaksir ada 2 triliun dollar AS utang untuk kategori US subprime mortgage dan 1 triliun dollar AS utang kategori Alt-A atau kualitasnya mendekati prima. Secara umum, ini adalah utang-utang yang tergolong tidak aman. Dalam keadaan ekonomi yang tidak sedang bergairah, potensi pengembalian utang-utang itu riskan tak terbayar.
Kegagalan pembayaran utang- utang ini membuat korporasi AS kembali menerbitkan surat utang baru, menutup utang- utang lama, dipoles dalam nama lain, seperti CDO dengan peringkat mulai dari AAA sampai BBB hingga status junk (kertas sampah). CDO tidak dijamin dengan aset, padahal sintesis dari CDO sudah berkembang biak secara liar sampai 1,7 triliun dollar AS. Perusahaan yang terjebak bukan hanya bank investasi. Perusahaan asuransi terjebak juga karena membeli obligasi itu. Perusahaan asuransi pun kini goyah. Seiring dengan goyahnya ekonomi, toxic debt ini makin berbahaya. IMF pada April 2008 mengatakan kebangkrutan di sektor properti menggerogoti dana bank sebesar 945 miliar dollar AS.
Krisis tetap memburuk
Lalu, cukupkah dana talangan 700 miliar dollar AS? Tidak! FBI sudah mengusut para eksekutif Lehman Brothers, AIG, Fannie Mae, dan Freddie Mac dengan dugaan penipuan. Di AS, berbagai tabloid berteriak dan menurunkan artikel di halaman 1 berjudul ”Fraud Street”, pemelesetan Wall Street, merujuk pada dugaan bahwa eksekutif Wall Street adalah para penipu.
Saat Lehman Brothers bangkrut, seniman Brooklyn bernama Geoffrey Raymond (54) menghabiskan waktu di luar markas Lehman Brothers di Manhattan, New York. Dia meminta pejalan kaki menyatakan ekspresi dengan tulisan di kanvas bergambarkan eksekutif utama Lehman, Richard Fuld. Banyak yang melakukannya, antara lain menuliskan ”Para pengisap darah”.
Kemarahan ini tak menyelesaikan masalah? Perusahaan keuangan itu harus diselamatkan. Jika tidak, akan muncul efek domino kebangkrutan karena tali-temali kaitan bisnis.
Penyelamatan kini dilakukan dengan penyuntikan dana. Aset- aset perusahaan yang diselamatkan akan ditangani lewat badan bernama Troubled Asset Relief Program (TARP). Namun, TARP hanya menyelamatkan sekitar 700 miliar dollar AS kerugian korporasi keuangan yang terjebak utang. Padahal, masih banyak utang di luar 700 miliar dollar AS itu.
Penjualan aset itu, yang pada umumnya adalah perumahan dan apartemen, akan seret dan harganya anjlok terus-menerus. Juga ada tumpukan rumah dan apartemen yang baru selesai dibangun namun tak terjual. Ada juga bangunan tanggung yang menggantung.
Atau, walau bank-bank diselamatkan, dalam hal pinjaman ke sektor perumahan, masih ada kebangkrutan lain di luar sektor perumahan. Kebangkrutan ini menyebabkan bank-bank sudah mengalami penurunan modal, bahkan ada yang sudah bermodal negatif.
Kongres AS harus meniru langkah yang dilakukan Swedia tahun 1990-an, yakni menyuntikkan modal baru ketimbang hanya menumpuk aset busuk di TARP. ”Ini tampaknya harus dilakukan. Karena itu, paket dana talangan hanyalah penyelamatan tahap pertama,” kata Liam Halligan, ekonom senior dari Prosperity Capital Management.
Bisakah AS melakukan itu? Dengan utang AS yang sudah mencapai 11,8 triliun dollar AS dan produk domestik bruto (PDB) hanya 13,7 triliun dollar AS, paket dana talangan akan menambah utang. Penyelamatan dana itu akan dilakukan dengan penerbitan surat utang baru oleh Pemerintah AS.
Jika AS melanjutkan boros anggaran seperti yang dilakukan Presiden George W Bush, daya dukung ekonomi AS atas penyelesaian utang-utang akan punah juga.
Untung Presiden Bush sudah harus turun jabatan. Kepemimpinan baru akan dijalankan oleh calon presiden Barack Obama atau calon presiden John McCain. Keduanya menjanjikan disiplin anggaran. Namun, program ekonomi Obama lebih pas ketimbang McCain. Masalahnya, McCain membebaskan korporasi dari pajak. Obama menginginkan pemajakan korporasi, yang penting untuk menambah kas pemerintahan AS.
Lepas dari itu, McCain dan Obama pasti akan menjalankan kebijakan anggaran yang lebih berhati-hati dan juga akan mengatur Wall Street agar menghentikan aksi-aksi spekulasi liar.
Meski demikian, pengalaman menunjukkan bahwa penyehatan lembaga keuangan memerlukan waktu tahunan, bahkan ada yang membutuhkan waktu sampai 20 tahun.
Oleh karena itu, jika Anda adalah nasabah yang mudah gugup, hindarilah keuangan AS. Pilihlah negara yang memiliki kebijakan ekonomi yang lebih berhati-hati seperti Kanada, Australia, zona euro. Atau, mungkin, pilihlah produk-produk investasi domestik yang memberikan keuntungan. (REUTERS/AP/AFP/MON)
0 komentar:
Posting Komentar